Kamis, 25 Desember 2008

MENYONGSONG TAHUN BARU HIJRIYAH & MASEHI




Tahun baru 2009 Masehi dalam waktu dekat akan kita jalani, begitu juga tahun baru Islam yang dimulai tanggal 1 Muharram 1430 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 29 Desember 2008. Banyak sudah amal-amalan yang telah kita lakukan selama tahun 2008 Masehi atau selama tahun 1429 Hijriyah, namun banyak juga yang belum berhasil dilaksanakan/gagal, karena sesuatu hal. Sedangkan apa-apa yang terjadi di masa yang akan datang semuanya masih penuh dengan ketidakpastian, kecuali kita semua akan meninggal dunia. Itu pasti. Atas belum dilaksanakan/gagal amalan tersebut di atas, marilah kita lakukan evaluasi dan introspeksi diri, berkaca diri, guna melangkah ke depan yang lebih baik lagi dan lebih gemilang, dalam naungan ridha, di jalan Allah Swt, Tuhan yang Maha Pengampun.

Makna pergantian tahun.
Bagi seorang muslim, tahun baru adalah anugerah sekaligus ujian dari Allah Swt. Kita bersyukur masih diberi kesempatan untuk menyiapkan diri meraih sukses dunia akhirat di tahun baru ini.
Tahun baru adalah lembaran kosong yang harus diisi, apakah dengan tinta emas atau dengan tinta merah, diisi dengan amalan saleh atau dengan amalan salah. Oleh karena itu seyogianya pergantian tahun ini hendaknya dapat dimaknai suatu pergantian atau perpindahan menuju kondisi yang lebih baik, seperti perpindahan (hijrah) dari ”kebatilan” kepada ”kebenaran/haq” (yang disebut hijrah spiritual). Perubahan/perpindahan itu harus tetap dijiwai oleh kalimat tauhid, tetap meng-esakan Allah.
Dalam konteks kekinian, makna hijrah lebih kepada melakukan perubahan gaya hidup seperti perubahan perilaku, cara bertindak, perubahan cara berpikir dan perubahan qalbu/ hati. Dari perilaku yang kurang baik (kurang Islami) ke perilaku yang lebih baik (lebih Islami), dari perilaku kurang beribadah menjadi lebih beribadah. Untuk melakukan perubahan itu perlu dilakukan perenungan, introspeksi diri (tafakur), mawas diri, melihat apa yang sudah dilakukan dan menetapkan rencana perbaikan ditahun berikutnya agar menjadi pribadi yang selalu lebih baik dan lebih bermakna. Misalnya mencoba mengevaluasi dari aktivitas shalat, puasa, zakat dan lainnya. Dengan cara ini, maka kita akan mengetahui kelemahan/kekurangan yang ada.

Introspeksi.
Seperti diuraikan di atas, bahwa untuk melangkah ke depan yang lebih baik, kita perlu introspeksi, baru selanjutnya kita susun langkah-langkah strategis dimana kita hindari yang keliru dan salah. Bagi amalan-amalan yang telah baik, lebih kita tingkatkan lagi agar kita menjadi orang yang beruntung. Firman Allah Swt:

Ya ayyuhal laziina amanuttaqullaha wal tanzur nafsum maa qaddamat ligad(in) wattaqullah(a), innallaha khabirum bimata’malun(a).

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Hasyr [59] :18).

Ayat ini mengisyaratkan agar kita melakukan evaluasi dan introspeksi terhadap perjalanan hidup yang telah kita lakukan, meneliti amalan yang telah lalu, menilai ketakwaan kita untuk mempersiapkan hari esok (akhirat).
Suatu ketika nabi Muhammad Saw kedatangan seorang laki-laki dan berkata kepada beliau agar memberikan wasiat kepadanya: ”Ya Rasulullah, berilah aku wasiat. ”Beliau bersabda: ”Kalau kamu ingin melakukan sesuatu, maka lihatlah akibatnya, kalau benar kerjakanlah, tetapi jikalau salah tinggalkanlah”.
Sementara itu, Khalifah Umar bin Khattab senantiasa berpesan : ”Perhitungkanlah dirimu sebelum engkau diperhitungkan orang”.

Waktu bertobat.
Analog dengan perjalanan hidup kita ialah perjalanan suatu bisnis dimana saat ini telah tiba waktunya untuk tutup buku dan menghitung laba rugi selama satu tahun. Bila laba, itu memang sudah sesuai dengan goal setting atau tujuan kita, namun bila rugi maka perlu diteliti, direnungi mengapa terjadi rugi, dicari sebab-sebabnya, apakah karena kesalahan, atau amalan jelek yang mendominasi atau karena sebab lain.
Marilah kita segera bertobat dan mengganti amalan jelek kita dengan amalan saleh/baik yang bermanfaat. Mulai kapan bertobat?. Mulai saat ini juga, karena kita tidak tahu kapan saatnya ajal menjemput kita. Ingatlah bahwa Allah tidak menjadikan kehidupan di dunia ini bersifat abadi, sebagaimana firman Allah di Al-Qur’an:

Wa likulli ummatin ajal, fa izaa jaa’a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa’ataw wa laa yastaqdimuun.
”Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”.(QS. Al A’raf [7] : 34)

Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu kalau besok pagi kita mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru, tetapi siapa tahu kalau tahun depan kita sudah berada di dalam kubur.
Apa saja yang kita lakukan di dunia ini, semuanya pasti akan diperhitungkan dan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt. Perhatikan firman Allah dalam surat Luqman [31] ayat 33 yang artinya:

”Wahai manusia!. Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kehidupan dunia, dan janganlah sampai kamu terperdaya oleh penipu dalam (mentaati) Allah”.

Kalau sekiranya pada tahun ini, kita telah terlanjur banyak melakukan kesalahan dan dosa, marilah kita segera memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menjerumuskan diri pada kesalahan yang sama di hari mendatang. Firman Allah di surat An-Nahl ayat 119:

Summa inna rabbaka lillaziina ’amilus suu’a bi jahaalatin summa taabuu mim ba’di zaalika wa aslahuu inna rabbaka mim ba’dihaa lagafuruur rahiim.

”Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. An-Nahl [16] :119).

Pentingnya waktu.
Sementara kebaikan yang pernah kita lakukan hendaknya terus kita pelihara dan dikembangkan serta memohon kepada-Nya agar diberikan pertolongan dan kekuatan untuk bisa melakukan aktivitas kesalehan secara istiqamah dan lebih baik yang berdimensi ibadah ritual maupun ibadah sosial. Kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya agar kita tidak tergolong orang-orang yang merugi. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

Wal - ’asr. Innal-insaana lafii khusr. Illallaziina aamanuu wa ’amilus – saalihaati wa – tawaasau bil – haqqi wa tawaasaubis – sabr.

”Demi waktu. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.(QS. Al-Ashr [103]
By (the Token of) Time (through the Ages). Verity Man is in loss. Except such as have Faith, and do righteous deeds, and )join together) in the mutual teaching of Truth, and of Pattence and Constancy.

Ayat di atas mengidentifikasikan bahwa waktu adalah modal utama manusia. Apabila tidak diisi dengan kegiatan yang positif (amal saleh), maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu jangankan keuntungan diperoleh, modal pun telah hilang. Sayyidina Ali ra pernah berkata, yang artinya:
”Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu diperoleh besok. Tetapi waktu yang berlalu, hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok”.

Ayat selanjutnya merupakan perkecualian, yaitu bagi mereka yang melakukan empat kegiatan pokok, yaitu:

”Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yakni yang bermanfaat serta saling berwasiat tentang kebenaran dan saling berwasiat tentang kesabaran dan ketabahan”.
Iman adalah pembenaran hati atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw, intinya dapat disimpulkan dalam rukun iman yang enam itu.
Secara keseluruhan pesan terkandung dalam surat Al-Ashr ini : agar seseorang tidak hanya mengandalkan imannya saja tetapi juga amal solehnya, bahkan amal saleh pun bersama-sama iman belum cukup.
Iman dan amal soleh tanpa ilmu belum juga cukup.. Memang, ilmu memberi kekuatan yang menerangi jalan kita dan iman menumbuhkan harapan dan dorongan bagi jiwa kita. Ilmu menciptakan alat-alat produksi dan kelengkapannya, sedang iman menetapkan haluan yang dituju serta memelihara kehendak Allah Yang Suci.

Menurut surat Al-Ashr di atas, iman, amal saleh dan ilmu pun masih belum memadai. Memang ada orang cukup dan puas dengan ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan itu dapat menjerumuskannya atau menjemukan. Oleh karena itu, ia perlu selalu menerima nasihat agar lebih tabah, sabar sambil terus bertahan bahkan meningkatkan iman, amal dan pengetahuannya. Berkenaan di atas, Nabi Muhammad Saw bersabda:

”Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amal perbuatannya. Dan seja-hat-jahatnya manusia ialah orang yang panjang umurnya dan jahat perbuatannya”. (HR Iman Ahmad).

Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan saleh, baik amaliyah yang berhubungan langsung dengan Maha Pencipta, maupun mu’asyarah/sosial antara sesama makhluk Allah, dan peningkatan ketakwaan. Sebaliknya celakalah mereka yang memperoleh nikmat umur panjang namun hanya dipergunakan untuk berbuat kejahatan dan perbuatan terlarang.

Menyikapi.
Menyadari betapa kecilnya kita bila dibandingkan dengan Pencipta Alam Semesta itu sendiri (rabb al-alamien), maka sudah selayaknya kita menyikapinya dengan sikap berserah diri, tunduk kepada-Nya. Betapa hal itu ditunjukkan Khalil Allah, kekasih Allah Swt, Nabi Ibrahim as, empat ribu tahun silam. Karena pengorbannya begitu besar kepada Allah, Nabi Ibrahim pun kemudian dijadikan Allah Swt sebagai teladan bagi umat yang datang kemudian. Namanya diabadikan begitu indah. Tidak ada orang dan nabi lain yang namanya begitu banyak disebut umat selain Nabi Muhammad Saw kecuali Nabi Ibrahim as.

Tahun 2008 ditutup dengan hari pengurbanan (Idhul Adha). Karenanya, memasuki tahun baru ini sikap yang bijak adalah selain memperbanyak amal saleh, juga menyingkirkan sifat kebinatangan seperti tamak, rakus dan sebagainya dan diganti dengan peningkatan tawakal, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an:

Man ‘amila saaliham min zakarin au unsaa wa huwa mu’minun falanuhyiyannahu hayaatan tayyibah (tan), wa lanajziyanna-hum ajrahum bi ahsani maa kanu ya’ maluun(a).

“Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan/amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” .(QS. An Nahl [16] : 97).

Husnul Khatimah.
Para arif bijaksana sepakat berpendapat bahwa ”hari ini ada dalam kemarin dan besok ada dalam hari ini”. Ungkapan ini mengandung makna bahwa yang kita dapatkan pada masa sekarang adalah sebagai buah dari apa yang kita lakukan di masa lalu. Dan apa-apa yang kita lakukan pada masa sekarang akan membuahkan hasil dimasa-masa yang akan datang. Dalam bahasa Jawa dan Inggris sering disebutkan:
# Abot entheng saka panggawene dhewe. Berat ringan itu akibat perbuatan sendiri. A hard or easy life is the result of one’s owns doing.
# Ngundhuh wohing pakarti. Memetik hasil perbuatannya. One receives the fruits of one’s own deeds.

Karenanya beruntunglah orang yang keadaannya pada masa sekarang lebih baik dari pada masa yang lalu.
Dan bodohlah orang yang kehidupannya di masa kini sama saja dengan di masa-masa yang lalu.
Dan celakalah orang yang kehidupannya pada hari ini lebih buruk atau lebih jelek dari pada masa silam.

Hasil tanaman amal shaleh tersebut di atas, dapat dipetik dan didapatkan, di hari tua kita ataupun kita temukan di akhirat kelak. Bila pada akhir hayat, kita temukan kehidupan yang baik, lebih dari pada di masa-masa muda kita atau di akhirat kita dapatkan nasib lebih baik dari pada yang kita dapatkan selama hidup di dunia, maka itulah disebut ”Husnul Khatimah”. Tapi sebaliknya, bila hari tua kita, keadaannya lebih menderita dari pada di masa muda kita atau di akhirat kita lebih sengsara dari pada kita hidup di dunia, maka itulah yang disebut ”Su’ul Khatimah”. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Najam sebagai berikut:

Wa al laisa lil insaani illaa ma sa’aa. Wa anna sa’yahuu saufa yuraa. Summa yujzaahul jazaa’ al aufaa.

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna (sesuai dengan perbuatannya)”. (QS. An-Najm [53] : 39-41)

Tips : resep untuk mencapai kesuksesan hidup.
Pertama, mengagungkan Allah swt sebagai sifat khas manusia dan memilih urusan Allah Swt di atas urusan lain. Kedua ketulusan dalam menjalankan setiap sisi kehidupan sebagai bagian dari pengabdian pada-Nya. Ketiga kesediaan untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama, peduli pada lingkungannya, berani berkorban untuk orang lain.

Dalam suatu doa, Nabi Muhammad Saw mengatakan ; ”Ya Allah tak adalah kehidupan yang sebenar-benarnya selain kehidupan di akhirat”. (HR. Iman Bukhari).

Pemanfaatan hidup.
Menurut Nabi Saw, kehidupan di dunia yang sementara ini hanyalah sekedar tempat untuk mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti. Karenanya Rasulullah Saw bersabda :

”Bekerjalah kamu untuk di duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. (HR Imam Ibnu Assakir).

Nabi Saw pun menganjurkan agar kita memanfaatkan saat kita sehat sebelum kita sakit.. Orang bisa melakukan pekerjaan yang berat sekalipun, bila ia dalam keadaan sehat. Saat sehat hendaklah kita penuhi dengan kegiatan yang bermanfaat terhadap masyarakat, agar kita tidak menyesal disaat jatuh sakit nanti karena sesal kemudian tidak berguna. Senada dengan hal di atas adalah menggunakan masa lapang sebelum datang kesibukan. Selanjutnya Nabi Saw menganjurkan agar memanfaatkan masa muda sebelum datang masa tua renta. Begitupun memanfaatkan kekayaan kita yang ada sebelum kita jatuh miskin.
Dalam hadits diriwayatkan oleh Iman Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda :

”Bergegaslah kamu melakukan amal yang saleh. Sebab akan datang berbagai macam fitnah bagaikan potongan malam gulita. Seseorang di pagi hari beriman tetapi sorenya berubah menjadi kafir. Atau sorenya ia beriman ketika pagi hari ia pun kafir. Karena orang tersebut sampai hati menjual agamanya dengan harta kekayaan dunia”.

Pegangan hidup.
Ada beberapa hal penting sebagai pegangan dalam menapaki kehidupan lembaran tahun baru yang semakin banyak tantangan, cobaan dan semakin ketatnya persaingan dalam kehidupan diera globalisasi ini, antaranya

1. Memperteguh komitmen keimanan dan memaknai kehidupan ini dengan penuh nuasa ibadah kepada Allah. Perhatikan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an yang artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ”Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembirah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”. (QS. Fushshilat [41] : 30).

2. Bekerja dan berusaha dengan baik. Perhatikan ayat surat At-Taubah dan sabda Rasulullah Saw,
”Dan katakanlah, ”Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Taubah [9] :105).

Sementara itu, Nabi Muhammad Saw bersabda, artinya:

“Bekerjalah untuk kehidupan kamu di dunia, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan beramallah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu akan mati esok hari”

3. Memandang ke depan dengan percaya diri dan penuh optimisme, tanpa mengenal putus asa akan rahmat Allah. Firman Allah Swt, yang artinya :
”Dan rahmad-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmatku untuk orang-orang yang bertakwa yg menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat-Ku”. (Al-A’raf [7] :155).
”Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS. Yusuf [12] : 87).

4. Berdoa, setelah usaha secara lahiriah telah kita lakukan dengan baik, maka kita tidak boleh mengesampingkan usaha batin dengan jalan berdoa kepada-Nya. Firman-Nya : ”Dan Tuhanmu berfirman, ”Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu”. (QS.Al-Muk’min [40] : 60)

5. Tawakal dan bersabar. Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an yang artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. At-Thalaq [65] : 3).

Harapan tahun baru.
Pada tahun 2009 hendaknya lebih memahami dan lebih mengamalkan sepenuhnya ajaran Allah Swt dalam Al-Qur’an beserta contoh keteladanan Nabi Muhammad Saw, meningkatkan amalan-amalan saleh dan lebih bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah, dengan cara ikut meramaikan pengajian, shalat berjamaah di masjid, senantiasa mengedepankan sifat-sifat sosial kebersamaan hidup dalam masyarakat yang plural, dan peduli pada lingkungan dimana kita tinggal dan sebagainya.
Masih banyak saudara-saudara kita yang kini menderita/kesulitan hidup ditambah adanya bencana alam, akibat krisis global. Oleh karena itu, marilah kita memohon pertolongan-Nya. Supaya pertolongan Allah datang, kuncinya adalah keimanan, kerja keras, kesungguhan, kejujuran, amanah , keikhlasan, ketakwaan dan saling tolong menolong. Firman Allah di dalam Al-Qur’an:

”Dan orang-orang yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
(QS. Al-Ankabut [29] : 69).

Allah berfirman dalam Al-Qur’an pada surat Al Maidah [5] : 2 yang artinya,

Wa ta’awanu ‘alalbirri wat takwa, wa la ta’awanu ‘alal ismi wal ‘udwan, wattaqullah, innallaha syadidul ‘iqab

Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.

Untuk melaksanakan amal saleh, banyak penghalangnya seperti rasa enggan, rasa ego. Mari kita libas semua penghalang tersebut, yakni berhala di berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu tak terkendali, cinta kekuasaan, cinta harta benda yang berlebihan. Juga kita singkirkan, kita sembelih penyakit hati seperti sombong, angkuh, riya, rasa iri, dengki, ghibah dan sejenisnya. Di samping itu, mari tingkatkan rasa malu bila bergantung pada yang lain. Tekadkan untuk tidak pernah lagi punya ”tangan di bawah”. Ingatlah, bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tingkatkan wujud dari kesalehan sosial kita, kebersamaan kita, persaudaraan kita dengan semangatnya dalam berkurban untuk orang lain.

Marilah kita bekerja lebih keras lagi untuk berusaha mengembalikan predikat ”Gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta rahaja” dan mengembalikan menjadi negara yang hidup bak ”untaian zamrud di khatulistiwa” sebagai ”qith ’atun min al-jannah” bagai bongkahan syurgawi, dengan salah satu wujudnya : Kita ciptakan lingkungan tempat tinggal kita yang lebih indah, aman, lebih nyaman dengan kepedulian lingkungan seperti kebersihan, keindahan, keamanan dan kenyamanan yang berkensinambungan. Peningkatan kondisi lingkungan ini dapat dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga dan selanjutnya masyarakat luas.

Marilah kita sambut tahun baru ini dengan rasa syukur serta mengharap taufiq, hidayah serta inayah dari Allah, agar perjalanan kita senantiasa tetap sesuai dengan tuntunan yang diridhai Allah Swt. Semoga Allah lebih banyak lagi mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Do’a akhir tahun.

Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Wa shallallahu’alaa sayyidina Muhammadin wa’alaa aalihii wa shahbihii wa sallam.
Allahumma maa miltu fii haadzihissanati mimmaa nahaitanii ’anhu falam atub minhu walam tardhahuu walam tansahuu wa halimta ’alayya ba’da qudratika ’alaa ’uquubatii wa da ’autanii ilat taubati minhu ba’da jiraa atii ’alaa ma’shiyatika fa innii as taghfiruka fagfir lii bifadhlika wa maa ’amiltuhu fii haa mimmaa tardhaahu wa wa’adtanii’alaihits tsawaab. Wa as alkallahumma yaa kariimu ya dzal jalaali wal ikraam an taqabbalahuu minnii wa laa taqtha’ rajaa ii minka yaa kariim. Wa shallalaahu ’alaa sayyidina Muhammadin wa’alaa aalihii wa shahbihii wa sallam.

”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
”Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah, apa yang telah kami perbuat sepanjang tahun ini berupa perbuatan-perbuatan yang Engkau larang kami melakukannya, sedang kami belum bertobat dari padanya, dan Engkau tidak meridhainya dan tidak melupakannya, dan Engkau pun telah menyayangi kami setelah Engkau pun kuasa untuk menyiksa kami, kemudian Engkau menyeru kami untuk bertobat dari padanya setelah kami bermaksiat pada-Mu. Karena itu, kami memohon ampun kepada-Mu. Maka ampunilah kami dengan anugerah-Mu. Dan apa yang telah kami kerjakan di tahun ini adalah berupa perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan pahala atasnya.
Dan kami memohon kepada-Mu. Ya Allah, Dzat Yang Mulia yang memiliki keagungan dan karunia, agar Engkau terima amal kami itu, dan jangan hendaknya Engkau putuskan harapan kami dari pada-Mu, Ya Allah Tuhan Yang Maha Pemurah. Semoga shalawat dan salam tetap dilimpahkan atas Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya”. Amien.

Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Kebenaran tulisan ini datangnya dari Allah Swt, namun bila terdapat kesalahan atau kekeliruan itu dikarenakan kesalahan dan/kebodohan saya semata, mohon dituangkan maaf.



Motto : Anda pasti bisa kalau Anda pikir bisa

Hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.


Selamat tahun baru 2009 M dan 1 Muharram 1430 H


Dengan semangat kebersamaan, marilah kita ciptakan suasana hunian kita
yang lebih : aman, nyaman, indah, bersih dan bersahabat.


Semoga tulisan ini akan menambah wacana, wawasan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala bagi kita semua. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Tangerang, 23 Desember 2008


H.Mudjiono
Waega PJMI, Tangerang




Catatan.
Perbedaan tahun Masehi dan tahun Hijriyah.
Kalau tahun Masehi perhitungannya berdasarkan peredaran matahari (solar system), sedangkan tahun baru Hijriyah berdasarkan peredaran bulan (lunar system). Bulan-bulan Masehi hitungan harinya setiap bulan tetap kecuali Februari yg berubah setiap 4 (empat) tahun sekali (tahun kabisat). Sedangkan tahun Hijriyah tetap yaitu tiap bulan hanya terdiri 30 atau 29 hari.
Dalam Al Qur’an disebutkan jumlah bulan dalam satu tahun ada 12 bulan, sebagaimana bunyi ayat pada surat At Taubah 36 :

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah 12 bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan yg haram. Itulah ketetapan agama yg lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan yang empat itu itu”.
Sedangkan yang dimaksud dengan bulan-bulan haram/mulia ialah bulan Muharram, Rajab, Zulqa’idah dan Zulhijjah, selain Ramadhan sendiri.

Selasa, 09 Desember 2008

IDUL QURBAN DI PJMI BINTARO SUKSES BESAR


Kekhawatiran sejumlah tokoh konservatif masjid An'Nur tentang kredibelitas panitia Idul Qurban 1427 H terjawab sudah. Apa yang disangsikan oleh tokoh tua itu hanyalah sensasi murahan, seakan-akan tanpa kehadiran Ketua Umum DKM An'Nur, segala roda kegiatan dakwah dan kemaslahatan ummat tidak mampu berjalan.

Setidaknya ini terjawab pada saat pelaksanaan idul qurban bersamaan dengan perayaan idul adha 1429 H di komplex PJMI-Bintaro, seluruh prosesi berjalan lancar dan tertib bahkan kehilangan daging kurban atau sandal sekalipun, sama sekali nihil. Ini adalah jawaban bahwa panitia yang dikomandani Herman Syafei kali ini, ternyata mampu melukis sejarah baru dalam urusan yang sama, bahkan banyak kalangan meminta agar pelaksanaan tahun ini hendaknya dijadikan acuan sekaligus standar kegiatan untuk tahun berikutnya.

Jika tahun-tahun sebelumnya yang ditangani kalangan tokoh konservatif selalu diwarnai dengan raibnya daging korban dan sangat sedikitnya pemerataan distribusi kepada warga setempat, maka tahun ini mengalami perbedaan bagaikan siang dan malam.

Dampak dari prosesi yang tertib dan penuh dedikasi dari awak panitia, secara kasat mata dapat dilihat dari banyaknya jumlah daging yang disebarkan kepada masyarakat. Setelah ribuan bungkus dibagikan kepada mustahiq, ternyata masih sisa hampir 150 bungkus lagi di sore hari hingga kaum pemulung dari luar komplex yang tadinya tidak memperoleh kupon akhirnya menikmati kecipratan dari kinerja panitia itu, walaupun jumlah kambing sekitar 118 ekor dan sapi sebanyak 10 ekor yang jauh dari jumlah kunatitas tahun-tahun sebelumnya, namun isi bungkusan sebanyak 1,5 Kg daging dan ditambah lagi dengan cacahan tulang yang sudah di gergaji mesin potong mampu didistribusikan kepada 1.240 penerima tidak termasuk paket khusus yang diserahkan kepada pekorban.

"Kami angkat topi untuk pelaksanaan tahun ini," tutur Sihombing dan Hendrik, dua warga non muslim yang ternyata diam-diam mengamati kinerja panitia.

Pemberian bingkisan daging korban kali ini, tidak hanya tertuju kepada kaum dhuafa tetapi hampir dibagikan secara merata kepada seluruh warga komplek tanpa memandang kaya, miskin, non-muslim atau penghuni anak kost sekalipun.

Selasa, 02 Desember 2008

HARUSKAH PANIK MENGHADAPI KRISIS GLOBAL


Sepotong belahan bumi kini sedang gonjang-ganjing. Negeri Paman Syam yang selama ini menjadi poros kapitalisme global sedang terancam. Ibarat bangunan, pondasi utamanya mulai keropos, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ambruknya pilar-pilar penyangganya. Jika itu terjadi, bisa jadi dunia benar-benar akan mengalami “kiamat kecil”. Lalu kalau begitu, haruskah kita ikut-ikutan panik menghadapi krisis global itu.
Namun, pemerintah dengan cepat mengeluarkan pernyataan agar rakyat tidak panik. Tapi tunggu dulu! Sebenarnya yang layak diimbau untuk tidak panik itu siapa? Rakyat, pejabat, atau pemilik modal?
Dari sekitar 220 juta penduduk negeri ini, sekitar 40 jutanya tersekap dalam ruang pengangguran dan kemiskinan. Kelompok ini jelas tak akan merasakan pengaruh kemungkinan terjadinya krisis global itu. Yang kebakaran jenggot, pastilah mereka yang sedang berada dalam lingkaran kekuasaan dan para pemilik modal.
“Pemerintah minta rakyat jangan panik, tetapi pemerintah sendiri menjadi begitu sensitif dan mudah panik,” kata Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo Lebih lanjut Bambang menyebutkan bahwa kasus maju-mundur rencana membuka perdagangan BEI ini mencerminkan adanya otoritas bursa yang tidak akurat dan kurang cermat menghitung berbagai kemungkinan.
Nah, lo! Rakyat yang tidak pernah berususan dengan BEI, jelas tidak akan merasakan dampak krisis keuangan yang bersumber dari Amrik itu. Selain itu, rakyat selama ini juga sudah biasa hidup menderita. Mereka memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang bisa sangat lentur terhadap setiap perubahan yang melanda dunia. Mereka bisa “manjing ajur ajer” dan gampang menyesuaikan diri.
Empu Tantular lewat kalimat Kakawin Sutasoma menggambarkan nilai-nilai kearifan lokal itu lewat idiom: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” (Bermacam-macam sebutannya, tetapi Tuhan itu satu, tidak ada kebenaran yang mendua). Idiom ini, setidaknya menyiratkan makna dan prinsip religiositas yang telah menyatu ke dalam dinamika dan perjalanan hidup masyarakat di kalangan akar rumput. Tak berlebihan kalau mereka bisa bersikap luwes dan lentur dalam menghadapi setiap perubahan global; toleran, akomodatif, dan optimistik dalam memandang hidup dan kehidupan.
Meski demikian, makna hakiki yang tersirat di balik idiom warisan Sutasoma ini tak jarang mengalami pergeseran. Kita masih ingat betul kejadian pascareformasi. Tahun 1998 bisa dinggap sebagai “puncak” segenap perilaku anomali sosial yang pernah terjadi di negeri ini. Emosi gampang tersulut, amarah gampang menembus ubun-ubun, kekerasan pun menjadi jalan yang dianggap paling jitu dalam memanjakan “naluri” agresivitasnya. Permusuhan dan perang antaretnik; persaingan, kebencian, dan kecemburuan antar pemeluk agama, benar-benar telah menghancurkan pilar-pilar dan nilai kebenaran hakiki.
Kita berharap semoga pemerintah benar-benar bisa menemukan solusi yang tepat sehingga krisis global yang menggoncangkan sekat-sekat perekonomian dunia itu tak berdampak pada merebaknya “krisis sosial” yang semakin parah. Kita sudah benar-benar lelah untuk berususan dengan konflik berbasiskan Sara dan primordialisme sempit. Kita juga terus berharap dan berdoa, semoga krisis global yang mengancam dunia itu bisa segera teratasi.

Senin, 10 November 2008

COPET LAGI COPET LAGI DI KERETA


Saat-saat krisis ekonomi masyarakat yang sudah brutal sekarang ini, , jasa angkutan kereta api merupakan pilihan utama bagi sebagian besar penduduk Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi dan Depok. Naik berdesakkan desakan seperti ikan sarden atau terpaksa menafaatkan senti-demi senti di atap kereta bukanlah pilihan tetapi keterpaksanaan. Resiko jatuh, luka atau mati, itu sih namanya takdir. Kalo dilihat jumlah penumpang seperti itu, pasti dibenak orang menyimpulkan bahwa perusahaan kereta api memperoleh untung besar, kemudian uangnya dihimpun dan dipergunakan kembali untuk memperbaiki pelayanan.
Tapi anggapan dan berfikir dengan kalimat "seakan-akan" itu, malah sebuah utopia belaka.
Katanya sih pihak manajemen perkereta apian kita berbenah diri untuk memperbaiki kinerja pelayanan. Tapi itu hanya sebatas "omong doang", karena tidak ada perubahan signifikan yang dapat di ingat warga pengguna kereta itu selama beberapa tahun terakhir.Kenyamanan naik kereta saat ini barangkali sebuah kemewahan luar biasa, apalagi di atas kereta benar-benar besar dari gerombolan copet, pengamen, pedagang asongan, peminta-minta, jual kambing, jual pintu dan jual-menjual lainnya termasuk jualan manusia.
Praktik percopetan misalnya, bukan lagi sesuatu yang luar biasa. Hingga tidak salah jika si penumpang kalau sudah berada di dalam gerbong bagaikan orang ketakutan, tas di pegang erat-erat, bermuka sangar serta terkesan tidak bersahabat atau tindakan apa saja yang dapat memprotek diri dari ancaman kriminal itu. sang petugas keamanan dari Satpan KA, Polsus atau polisi bukan enggak ngerti soal yang satu ini, sama sangat mengertinya dikalangan penumpang bahwa mereka yang berseragam itu hanya sekedar asoseris belaka.
Mau memberantas atau setidaknya mengurangi kejahatan di di dalam gerbong, ah itu mungkin sesuatu yang sangat mustahil karena pihak manajemen hanya sebatas "omdo", tanpa niat, perencanaan dan action untuk memerangi kemungkaran itu. Jangankan membekuk maling, menertibkan kondektur yang meraup uang dari penumpang yang tidak sempat membeli karcis kemudian membayar di atas kereta saja, nampaknya sesuatu yang legal-legal dan mereka akan tertawa terbahak-bahak jika dituduh pungli.
Sebenarnya masyarakat tidak terlalu terkesima tentang penangkapan koruptor yang menilap uang rakyat berjibun-jibun itu, tetapi kebutuhan mendesak di benak rakyat adalah sesuatu yang ada dan berulang ulang didepan mereka termasuk di mata pengguna kereta api itu.
Kalau lihat petugas bersergam satpam sih iya, ganas lagi. Tapi itu ternyata hanya sekedar tukang pungut karcis setibanya penumpang di stasiun tujuan. Untuk meminta layanan lebih dari itu, jangan harap karena satpam, polsus atau polisi terkesan enggan melayani warga yang terkena musibah perampokan dan kecopetan di kereta.
Keluhan ini terlalu sering disampaikan pengguna jasa kereta di Jabodatabek termasuk sejumlah peguyupan warga yang berhimpun sebagai komunitas pengguna kereta api. Fasilitas gerbong yang disediakan, mengesankan adanya kelas-kelas tersendiri bagi penumpang. Ada KA Ekspres Sudirman misalnya untuk melayani warga dari serpong, bintaro, kebayoran, tanah abang, dukuh atas hingga stasiun kota, kemudian ada ciujung, ada krl ekonomi dan ada kereta hantu diesel yang biasanya disebut warga sebagai kereta hantu. Harga tiketpun berbeda-beda dan itu sih lumrah saja, namun jangan lupa bahwa kelas-kelas kereta tersebut juga bersamaan dengan munculnya kelas-kelas copet yang beroperasi sesuai dengan "dompet" penumpang. Nampaknya kurang sedap jika didengar pimpinan manajemen PT Kereta Api Indonesia atau Menteri Perhubungan sekalipun, tapi apa boleh buat, fakta-fakta ini bukan lagi rahasia tetapi sudah menjadi bagian keseharian bagi pengguna kereta api itu.
Persoalannya adalah, apakah sudah tidak mampu lagi pihak kereta api menghapuskan "mafia" kereta api itu, atau setidaknya "mengurangi". Pengguna sebenarnya sudah muak "omdo" dari manajemen itu. Kalo gak sanggup, barangkali serahkan saja kepada swasta, karena setiap "penggeluh" tidak lagi harus berhadapan dengan kalangan para dewa birokrasi yang bertahun-tahun tidak mampu menyelesaikan masalah krusial tersebut. Komplain kepada swasta barangkali mungkin lebih mudah termasuk menuntut layanan dan penataan operasional perkereta apian yang lebih adil, pasti, transparan dan tentunya mampu memberi konstribusi dana kepada negara dan bukan ke kantong oknum saja. Tapi bagi rakyat yang sudah kenyang makan "omdo", pasti masih berharap bahwa suatu saat (entah kapan) berubah lebih baik dan barangkali enggak berharap banyak kepada manajemen pt kereta api indonesia yang ada sekarang, karena performan mereka sudah diketahui tidak mampu menempatkan diri sebagai perusahaan penyedia jasa publik. Ditata ulang dengan regulasi ..... ya gitu lah, atau dengan revolusi manajemen?, yang satu ini belum dicoba.

Minggu, 09 November 2008

MINAT BISNIS WARGA PJMI BINTARO MULAI MENGEMUKA





Setelah pak Haryono dan Ibu Ita meluncurkan jasa penyewaan alat sound system untuk keperluan kenduri atau apa saja yang berhubungan dengan perhelatan pesta, kini dilengkapi lagi dengan hadirnya "Malina Katering" yang di lounching duet pengelolanya ibu Kemala Taufik dan Ibu Lina Kahar.




Kedua warga PJMI Bintaro yang dikenal jago dan hobi masak itu, bukan "chef" pendatang baru dalam dunia katering karena selama ini mereka sudah merambah beberapa event penting dalam hal urusan perhelatan itu.




"Kami akan memberikan harga spesial, khususnya untuk warga PJMI - Bintaro", ungkap mereka ketika meluncurkan produk andalannya berupa empal gentong dan ikan gurame asam manis pada saat acara lounching.




Selama ini mereka rutin melayani permintaan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional untuk acara rapat atau kegiatan karyawan lainnya dalam bentuk standing party atau juga di lingkungan perbankan, perusahaan BUMN dan masyarakat lainnya.




Dengan kehadiran "Malina Katering" itu, lebih memudahkan bagi warga PJMI Bintaro untuk menylenggarakan open house atau sejenisnya.




Beberapa saat setelah lounching, "Malina Katering" dengan alamat email : malinakatering@yahoo.co.id" itu, sudah menerima order perdana dari bapak M.Nur Sodiq untuk undangan 500 orang sehubungan dengan selamatan walimatussafar beliau menjelang keberangkatan ke tanah suci.

Kamis, 06 November 2008

SANG PRESIDEN DI MATA REKAN KECILNYA


Barack Obama yang dipanggil "Barry" (dilingkari) dan teman-teman sekelas berfoto bersama Kepala Sekolah SDN MEnteng 01 pada tahun 1969, Ibu Karim. Foto ini merupakan koleksi Bapak Bandung yang merupakan putra Ibu Karim.

Bursa capres AS semakin marak ketika Barack Obama, warga Afro-Amerika yang masih muda usia, ikut bertarung menuju Gedung Putih. Tetapi tidak seorang pun menyadari, ia adalah Barry Soetoro, salah seorang murid SDN Menteng 01 pada kurun 1969-1971. Sandra Sambuaga-Mongie (47), teman sekelas Barry, awalnya tidak menyadari Obama dulu adalah anak baru di kelasnya yang acap dipanggil "Barry dari Honolulu".

"Setelah pers menyebut dia pernah bersekolah di SD Besuki, kami langsung ingat dia adalah Barry. Sebab, teman kami yang orang asing cuma dia," kata Sandra sembari terbahak, ketika ditemui SP di sela-sela reuni teman sekelas Obama di SDN Menteng 01, Jalan Besuki, Sabtu (1/3). Ingatan manis sosok Barry di masa kecil itu pun lalu dikisahkan secara bersahutan oleh 18 dari 40 mantan teman sekelas Senator Illinois tersebut. Mereka bahkan bertekad membentuk Barack Obama Fans Club, sebagai bentuk dukungan dan kecintaan terhadap teman masa kecil mereka.

Barry masuk SDN Menteng 01 pada tahun 1969. Ia ketika itu langsung ditempatkan di kelas tiga. Barry disekolahkan ke SDN Menteng 01, sebuah SD percontohan di kawasan Menteng, ketika masih dipimpin oleh kepala sekolah, almarhumah Ny Samingatun bin Hardjodarsono atau yang akrab disapa dengan panggilan Ibu Karim. Ibu Karim pensiun dan digantikan oleh Ibu Tine Hahiyary.

Meskipun anak baru, Barry tidak minder. Ia mudah bergaul bahkan sesekali suka jahil terhadap teman-teman sekelasnya. "Dia suka cubit-cubit, cowel-cowel, atau tusuk-tusuk tangan kita pakai pinsil. Teman kami yang paling jahil ya cuma si Barry itu," kata Sandra, yang juga adik ipar anggota DPR dari Partai Golkar, Theo Sambuaga.

Sikap jahil Barry itu dinilai teman-temannya sekadar cara untuk menarik perhatian. "Ia ingin berteman, tetapi tidak lancar berbahasa Indonesia. Maka dia ganggu-ganggu kita, suka nyubit-nyubit. Dia ingin kita perhatikan," kata Cut Citra Dewi (47), teman sebangku Obama. Citra sendiri sering dipanggil Barry dengan nama yang sedikit aneh, "Citra Bau". Sapaan unik tersebut bermula ketika Cut Citra bersama-sama Barry masuk SD Besuki sebagai anak baru. Karena di kelas sudah ada anak lain yang bernama Citra, maka ia diberi istilah "Citra Baru", atau Citra si anak baru.

Sayang, Barry tidak bisa menyebut huruf "r" dengan jelas. Akibatnya, nama Citra sepintas terdengar aneh jika diucapkan Barry karena menjadi "Citra Bau".

"Saya awalnya tidak tahu kalau Barry orang asing," kata Citra sembari tersenyum-senyum ketika mengenang masa pertemanan dengan sosok Barack Obama. Selain berkulit hitam seperti rata-rata orang Indonesia, Obama tinggi besar dan berambut sangat keriting. Bulu mata Barry juga sangat hitam dan lentik. Gigi kecil-kecil serta putih dan tampak teratur. Barry yang lincah sering berangkat sekolah memakai sepatu kets, yang bentuknya mirip sepatu Convers. Tetapi, yang menarik di mata teman-temannya, tidak lain adalah sosok ibu kandung Barry yang bertampang "sangat bule", mirip dengan Dolly Parton. Di situ Citra dan mereka yang lain baru tahu jika Barry berasal dari luar Indonesia. Barry, bersama ibu kandungnya, Ann Dunham dan ayah tirinya, Soetoro, bermukim di Jl Pekalongan, Menteng.

Teman-teman sekelas Barry sering menarik-narik rambut bocah berdarah campuran Kenya dan Kansas tersebut.

Terlepas punya latar belakang budaya yang berbeda, tidak ada kendala bagi Barry untuk bergaul dengan teman-temannya. Ia sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia. Ia tampak tidak mau menyendiri. Walaupun orang asing, ia suka bermain dengan semua anak. Barry bahkan pernah ditugasi menjadi ketua regu di Pramuka.

Menyenangkan

"Barry suka main. Tapi kalau belajar, dia serius. Ia juga mau bantu guru kalau disuruh menghapus papan tulis," kata Rully Dasaat (48), seorang fotografer.

Sosok Barry yang sangat menyenangkan hingga kini tidak lekang dari ingatan seluruh teman-temannya. Maka, ketika muncul tuduhan bahwa Barry sempat menuntut ilmu di sebuah sekolah Islam radikal di Jakarta, teman-teman sekelas langsung berang. Dua wartawan dari CNN dan Chicago Tribune sempat datang mewawancarai Rully untuk mencari kebenaran tentang latar belakang keislaman Barack Obama.

"Mengapa sampai muncul berita Barry belajar Islam radikal? Ini betul-betul saya sanggah. Tidak benar sama sekali. Sekolah kami (SD Besuki) tidak mengajarkan Islam radikal. Ini sekolah yang nasionalis," kata Rully.

"Kami punya kenangan kuat tentang Barry. Dia tetap bagian kami, meski dia tidak berada di Jakarta," ia menandaskan.

Bagi Rully, Obama dibesarkan dengan kultur beragam. Keberhasilan Indonesia memperoleh bantuan penanggulangan flu burung sebesar US$ 10 juta juga tidak bisa dilepaskan dari peran besar Obama. "Barry tahu kalau orang-orang Indonesia rentan kena flu burung karena masyarakat banyak yang hidup berbaur dengan unggas peliharaan," kata Rully.

Teman-teman sekelas Barry semua membenarkan bahwa dia penganut Kristen. Tetapi, sebagai sosok yang mudah bergaul, Obama tidak mempersoalkan perbedaan agama. Barry kecil, yang datang ke Jakarta tahun 1967, juga kerap kali ikut dengan teman-teman sekelasnya yang mayoritas beragama Islam itu untuk menjalankan ibadah sholat Jumat.

"Barry bukan Muslim. Tetapi saat sholat Jumat dia sering ikut," kata Eka Wiswadatu Ranggasori (48). Bagi Eka, watak Obama yang mudah bergaul sesungguhnya bukti ia punya talenta untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak peduli kultur apa pun yang melingkupinya. [SP/Elly Burhaini Faizal]

Selasa, 28 Oktober 2008

SEBAIKNYA ANDA KENALI MODUS OPERANDI KORUPSI




Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan, dari tahun 2004 hingga 2008 ada 211 kasus korupsi yang diselidiki, 107 perkara penyidikan, 75 perkara penuntutan, 59 perkara telah berkekuatan hukum tetap, dan 53 perkara telah dieksekusi.
Barangkali dari data itu, berada disekitar kita atau akan muncul disekitar kita.
Untuk mempertajam kepekaan kita, ada baiknya mengenalinya dengan cermat tentang apa saja kelompok-kelompok tindak korupsi yang belakangan ini makin jamak itu.Dari ratusan kasus korupsi itu, ada 8 kelompok perkara menurut jenis Tindak Pidana korupsi (TPK)-nya. Delapan kelompok itu adalah :

(1) TPK dalam pengadaan barang/jasa yang dibiayai APBN/D

(2) TPK dalam penyalahgunaan anggaran,

(3) TPK dalam perizinan sumber daya alam yang tidak sesuai ketentuan,

(4) TPK penggelapan dalam jabatan,

(5) TPK pemerasan dalam jabatan,
(6) TPK penerimaan suap,

(7) TPK gratifikasi, dan

(8) TPK penerimaan uang dan barang yang berhubungan dengan jabatan.

Setelah dikenali pengelompokannya, berikut kita juga harus faham tentang modus operandi yang juga sudah jamak terjadi. Setidaknya ada 18 modus operandi yang dirangkum KPK masing-masing :

(1) Pengusaha menggunakan pengaruh pejabat pusat untuk "membujuk" Kepala Daerah/Pejabat Daeerah mengintervensi proses pengadaan dalam rangka memenangkan pengusaha, meninggikan harga atau nilai kontrak, dan pengusaha tersebut memberikan sejumlah uang kepada pejabat pusat maupun daerah

(2) Pengusaha mempengaruhi Kepala Daerah/Pejabat Daerah untuk mengintervensi proses pengadaan agar rekanan tertentu dimenangkan dalam tender atau ditunjuk langsung, dan harga barang/jasa dinaikkan (mark up), kemudian selisihnya dibagi-bagikan

(3) Panitia pengadaan membuat spesifikasi barang yang mengarah ke merk atau produk tertentu dalam rangka memenangkan rekanan tertentu dan melakukan mark up harga barang atau nilai kontrak

(4) Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan dan menggunakan dana/anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukannya kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-bukti yang tidak benar atau fiktif

(5) Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya menggunakan dana/uang daerah untuk kepentingan pribadi koleganya, atau untuk kepentingan pribadi kepala/pejabat daerah ybs, kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran-pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-bukti yang tidak benar, bahkan dengan menggunakan bukti-bukti yang kegiatannya fiktif

(6) Kepala Daerah menerbitkan peraturan daerah sebagai dasar pemberian upah pungut atau honor dengan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang tidak berlaku lagi

(7) Pengusaha, pejabat eksekutif, dan pejabat legislatif daerah bersepakat melakukan ruislag atas aset Pemda dan melakukan mark down atas aset Pemda serta mark up atas aset pengganti dari pengusaha/rekanan

(8) Para Kepala Daerah meminta uang jasa (dibayar dimuka) kepada pemenang tender sebelum melaksanakan proyek

(9) Kepala Daerah menerima sejumlah uang dari rekanan dengan menjanjikan akan diberikan proyek pengadaan

(10) Kepala Daerah membuka rekening atas nama kas daerah dengan specimen pribadi (bukan pejabat dan bendahara yang ditunjuk), dimaksudkan untuk mepermudah pencairan dana tanpa melalui prosedur

(11) Kepala Daerah meminta atau menerima jasa giro/tabungan dana pemerintah yang ditempatkan pada bank

(12) Kepala Daerah memberikan izin pengelolaan sumber daya alam kepada perusahaan yang tidak memiiki kemampuan teknis dan finansial untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya(13) Kepala Daerah menerima uang/barang yang berhubungan dengan proses perijinan yang dikeluarkannya

(14) Kepala Daerah/keluarga/kelompoknya membeli lebih dulu barang dengan harga yang murah kemudian dijual kembali kepada instansinya dengan harga yang sudah di-mark up

(15) Kepala Daerah meminta bawahannya untuk mencicilkan barang pribadinya menggunakan anggaran daerahnya

(16) Kepala Daerah memberikan dana kepada pejabat tertentu dengan beban kepada anggaran dengan alasan pengurusan DAU/DAK

(17) Kepala Daerah memberikan dana kepada DPRD dalam proses penyusunan APBD

(18) Kepala Daerah mengeluarkan dana untuk perkara pribadi dengan beban anggaran daerah.

Paparan ini hanya kiat-kiat lama yang sudah muncul kepermukaan, tetapi tidak berarti akan lahir modus operandi baru bersamaan dengan makin cerdasnya insane koruptor dikemudian hari.

Minggu, 26 Oktober 2008

SIMAK KEPEMIMPINAN UMAR BIN ABDUL AZIS


Umar Bin Abdul Aziz muncul di persimpangan sejarah umat Islam di bawah kepemimpinan dinasti Bani Umayyah. Walaupun pada dasarnya ia seorang ulama yang telah menguasai seluruh ilmu ulama-ulama Madinah, tapi secara pribadi ia juga hidup dalam simbol gaya hidup dinasti Bani Umayyah yang korup, mewah dan boros.
Itu membuatnya tidak cukup percaya diri untuk memimpin ketika keluarga kerajaan memintanya menggantikan posisi Abdul Malik Bin Marwan setelah beliau wafat. Bukan saja karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi juga karena ia sendiri merupakan bagian dari persoalan tersebut. Ia adalah bagian dari masa lalu. Tapi pilihan atas dirinya, bagi keluarga kerajaan, adalah sebuah keharusan. Karena Umar adalah tokoh yang paling layak untuk posisi ini.Ketika akhirnya Umar menerima jabatan ini, ia mengatakan kepada seorang ulama yang duduk di sampingnya, Al-Zuhri, “Aku benar-benar takut pada neraka.” Dan sebuah rangkaian cerita kepahlawanan telah dimulai dari sini, dari ketakutan pada neraka, saat beliau berumur 37 tahun, dan berakhir dua tahun lima bulan kemudian, atau ketika beliau berumur 39 tahun, dengan sebuah fakta: reformasi total telah dilaksanakan, keadilan telah ditegakkan dan kemakmuran telah diraih.Ulama-ulama kita bahkan menyebut Umar Bin Abdul Aziz sebagai pembaharu abad pertama hijriyah, bahkan juga disebut sebagai khulafa rasyidin kelima. Mungkin indikator kemakmuran yang ada ketika itu tidak akan pernah terulang kembali, yaitu ketika para amil zakat berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika, tapi mereka tidak menemukan seseorang pun yang mau menerima zakat. Negara benar-benar mengalami surplus, bahkan sampai ke tingkat dimana utang-utang pribadi dan biaya pernikahan warga pun ditanggung oleh negara.Memulai dari Diri Sendiri, Keluarga dan Istana Umar Bin Abdul Aziz menyadari dengan baik bahwa ia adalah bagian dari masa lalu. Ia tidak mungkin sanggup melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang luas kecuali kalau ia berani memulainya dari dirinya sendiri, kemudian melanjutkannya pada keluarga intinya dan selanjutnya pada keluarga istana yang lebih besar. Maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah membersihkan dirinya sendiri, keluarga dan istana kerajaan. Dengan tekad itulah ia memulai sebuah reformasi besar yang abadi dalam sejarah. Begitu selesai dilantik Umar segera memerintahkan mengembalikan seluruh harta pribadinya, baik berupa uang maupun barang, ke kas negara, termasuk seluruh pakaiannya yang mewah. Ia juga menolak tinggal di istana, ia tetap menetap di rumahnya. Pola hidupnya berubah secara total, dari seorang pencinta dunia menjadi seorang zahid yang hanya mencari kehidupan akhirat yang abadi. Sejak berkuasa ia tidak pernah lagi tidur siang, mencicipi makanan enak. Akibatnya, badan yang tadinya padat berisi dan kekar berubah menjadi kurus dan ceking. Setelah selesai dengan diri sendiri, ia melangkah kepada keluarga intinya. Ia memberikan dua pilihan kepada isterinya, “Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu ke kas negara, atau kita harus bercerai.” Tapi istrinya, Fatimah Binti Abdul Malik, memilih ikut bersama suaminya dalam kafilah reformasi tersebut. Langkah itu juga ia lakukan dengan anak-anaknya. Suatu saat anak-anaknya memprotesnya karena sejak beliau menjadi khalifah mereka tidak pernah lagi menikmati makanan-makanan enak dan lezat yang biasa mereka nikmati sebelumnya. Tapi Umar justeru menangis tersedu-sedu dan memberika dua pilihan kepada anak-anak, “Saya beri kalian makanan yang enak dan lezat tapi kalian harus rela menjebloskan saya ke neraka, atau kalian bersabar dengan makanan sederhana ini dan kita akan masuk surga bersama.” Selanjutnya, Umar melangkah ke istana dan keluarga istana. Ia memerintahkan menjual seluruh barang-barang mewah yang ada di istana dan mengembalikan harganya ke kas negara. Setelah itu ia mulai mencabut semua fasilitas kemewahan yang selama ini diberikan ke keluarga istana, satu per satu dan perlahan-lahan. Keluarga istana melakukan protes keras, tapi Umar tetap tegar menghadapi mereka. Hingga suatu saat, setelah gagalnya berbagai upaya keluarga istana menekan Umar, mereka mengutus seorang bibi Umar menghadapnya. Boleh jadi Umar tegar menghadapi tekanan, tapi ia mungkin bisa terenyuh menghadapi rengekan seorang perempuan. Umar sudah mengetahui rencana itu begitu sang bibi memasuki rumahnya. Umar pun segera memerintahkan mengambil sebuah uang logam dan sekerat daging. Beliau lalu membakar uang logam tersebut dan meletakkan daging diatasnya. Daging itu jelas jadi “sate.” Umar lalu berkata kepada sang bibi: “Apakah bibi rela menyaksikan saya dibakar di neraka seperti daging ini hanya untuk memuaskan keserakahan kalian? Berhentilah menekan atau merayu saya, sebab saya tidak akan pernah mundur dari jalan reformasi ini.” Langkah pembersihan diri, keluarga dan istana ini telah meyakinkan publik akan kuat political will untuk melakukan reformasi dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pemberihan KKN. Sang pemimpin telah telah menunjukkan tekadnya, dan memberikan keteladanan yang begitu menakjubkan.Gerakan Penghematan Langkah kedua yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz adalah penghematan total dalam penyelenggaraan negara. Langkah ini jauh lebih mudah dibanding langkah pertama, karena pada dasarnya pemerintah telah menunjukkan kredibilitasnya di depan publik melalui langkah pertama. Tapi dampaknya sangat luas dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang terjadi ketika itu. Sumber pemborosan dalam penyelenggaraan negara biasanya terletak pada struktur negara yang tambun, birokrasi yang panjang, administrasi yang rumit. Tentu saja itu disamping gaya hidup keseluruhan dari para penyelenggara negara. Setelah secara pribadi beliau menunjukkan tekad untuk membersihkan KKN dan hidup sederhana, maka beliau pun mulai membersihkan struktur negara dari pejabat korup. Selanjutnya beliau merampingkan struktur negara, memangkas rantai birokrasi yang panjang, menyederhanakan sistem administrasi. Dengan cara itu negara menjadi sangat efisien dan efektif.Simaklah sebuah contoh bagaimana penyederhanaan sistem administrasi akan menciptakan penghematan. Suatu saat gubernur Madinah mengirim surat kepada Umar Bin Abdul Aziz meminta tambahan blangko surat untuk beberapa keperluan adminstrasi kependudukan. Tapi beliau membalik surat itu dan menulis jawabannya, “Kaum muslimin tidak perlu mengeluarkan harta mereka untuk hal-hal yang tidak mereka perlukan, seperti blangko surat yang sekarang kamu minta.” Redistribusi Kekayaan NegaraLangkah ketiga adalah melakukan redistribusi kekayaan negara secara adil. Dengan melakukan restrukturisasi organisasi negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan sistem administrasi, pada dasarnya Umar telah menghemat belanja negara, dan pada waktu yang sama, mensosialisasikan semangat bisnis dan kewirausahaan di tengah masyarakat. Dengan cara begitu Umar memperbesar sumber-sumber pendapatan negara melalui zakat, pajak dan jizyah.Dalam konsep distribusi zakat, penetapan delapan objek penerima zakat atau mustahiq, sesungguhnya mempunyai arti bahwa zakat adalah sebentuk subsidi langsung. Zakat harus mempunyai dampak pemberdayaan kepada masyarakat yang berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya beli mereka, secara langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya demand atau permintaan dari masyarakat, yang selanjutnya mendorong meningkatnya suplai. Dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, maka produksi juga akan ikut meningkat. Jadi, pola distribusi zakat bukan hanya berdampak pada hilangnya kemiskinan absolut, tapi juga dapat menjadi faktor stimulan bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.Itulah yang kemudian terjadi di masa Umar Bin Abdul Aziz. Jumlah pembayar zaka terus meningkat, sementara jumlah penerima zakat terus berkurang, bahkan habis sama sekali. Para amil zakat berkeliling di pelosok-pelosok Afrika untuk membagikan zakat, tapi tak seorang pun yang mau menerima zakat. Artinya, para mustahiq zakat benar-benar habis secara absolut. Sehingga negara mengalami surplus. Maka redistribusi kekayaan negara selanjutnya diarahkan kepada subsidi pembayaran utang-utang pribadi (swasta), dan subsidi sosial dalam bentuk pembiayaan kebutuhan dasar yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan negara, seperti biaya perkawinan. Suatu saat akibat surplus yang berlebih, negara mengumumkan bahwa “negara akan menanggung seluruh biaya pernikahan bagi setiap pemuda yang hendak menikah di usia muda.” Mengapa sejarah tak berulang?Sejarah selalu hadir di depan kesadaran kita dengan potongan-potongan zaman yang cenderung mirip dan terduplikasi. Pengulangan-pengulangan itu memungkinkan kita menemukan persamaan-persamaan sejarah, sesuatu yang kemudian memungkinkan kita menyatakan dengan yakin, bahwa sejarah manusia sesungguhnya diatur oleh sejumlah kaidah yang bersifat permanen. Manusia, pada dasarnya, memiliki kebebasan yang luas untuk memilih tindakan-tindakannya. Tetapi ia sama sekali tidak mempunya kekuatan untuk menentukan akibat dari tindakan-rindakannya. Tetapi karena kapasitas manusia sepanjang sejarah relatif sama saja, maka ruang kemampuan aksinya juga, pada akhirnya, relatif sama.Itulah sebab yang memungkinkan terjadinya pengulangan-pengulangan tersebut. Tentu saja tetap ada perbedaan-perbedaan waktu dan ruang yang relatif sederhana, yang menjadikan sebuah zaman tampak unik ketika ia disandingkan dengan deretan zaman yang lain. Itu sebabnya Allah Subhaanahu wa ta’ala memerintahkan kita menyusuri jalan waktu dan ruang, agar kita dapat merumuskan peta sejarah manusia, untuk kemudian menemukan kaidah-kaidah permanen yang mengatur dan mengendalikannya. Kaidah-kaidah permanen itu memiliki landasan kebenaran yang kuat, karena ia ditemukan melalui suatu proses pembuktian empiris yang panjang. Bukan hanya itu, kaidah-kaidah permanen itu sesungguhnya juga mengatur dan mengendalikan kehidupan kita. Dengan begitu sejarah menjadi salah satu referensi terpenting bagi kita, guna menata kehidupan kita saat ini dan esok. Sejarah adalah cermin yang baik, yang selalu mampu memberi kita inspirasi untuk menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Seperti juga saat ini, ketika bangsa kita sedang terpuruk dalam krisis multidimensi yang rumit dan kompleks, berlarut-larut dan terasa begitu melelahkan. Ini mungkin saat yang tepat untuk mencari sepotong masa dalam sejarah, dengan latar persoalan-persoalan yang tampak mirip dengan apa yang kita hadapi, atau setidak-tidaknya pada sebagian aspeknya, untuk kemudian menemukan kaidah permanen yang mengatur dan mengendalikannya.Masalah di Ujung Abad Ketika Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan sebuah ketetapan sejarah, bahwa di ujung setiap putaran seratus tahun Allah Swt akan membangkitkan seorang pembaharu yang akan akan mempebaharui kehidupan keagamaan umat ini. Ketetapan itu menjadikan masa satu abad sebagai sebuah besaran waktu yang memungkinkan terjadinya pengulangan-pengulangan masalah, rotasi pola persoalan-persoalan hidup. Ketetapan itu juga menyatakan adanya fluktuasi dalam sejarah manusia, masa pasang dan masa surut, masa naik dan masa turun. Dan titik terendah dari masa penurunan itulah Allah Swt akan membangkitkan seorang pembaharu yang menjadi lokomotif reformasi dalam kehidupan masyarakat.
Itulah yang terjadi di ujung abad pertama hijriyah dalam sejarah Islam. Sekitar enam puluh tahun sebelumnya, masa khulafa rasyidin telah berakhir dengan syahidnya Ali bin Abi Thalib. Muawiyah bin Abi Sofyan yang kemudian mendirikan dinasti Bani Umayyah di Damaskus, mengakhiri sistem khilafah dan menggantinya dengan sistem kerajaan. Pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam tidak lag dipilih, tapi ditetapkan.
Perubahan pada sistem politik ini berdampak pada perubahan perilaku politik para penguasa. Secara perlahan mereka menjadi kelompok elit politik yang eksklusif, terbatas pada jumlah tapi tidak terbatas pada kekuasaan, sedikit tapi sangat berkuasa. Sistem kerajaan dengan berbagai perilaku politik yang menyertainya, biasanya secara langsung menutup katup politik dalam masyarakat dimana kebebasan berekspresi secara perlahan-lahan dibatasi, atau bahkan dicabut sama sekali. Itu memungkinkan para penguasa menjadi tidak tersentuh oleh kritik dan tidak terjangkau oleh sorot mata masyarakat. Tidak ada keterbukaan, tidak ada transparansi.
Dalam keadaan begitu para penguasa memiliki keleluasaan untuk melakukan apa saja yang mereka ingin lakukan. Maka penyimpangan politik segera berlanjut dengan penyimpangan ekonomi. Kezaliman dalam distribusi kekuasaan dengan segera diikuti oleh kezaliman dalam distribusi kekayaan. Yang terjadi pada mulanya adalah sentralisasi kekuasaan, tapi kemudian berlanjut ke sentralisasi ekonomi.
Keluarga kerajaan menikmati sebagian besar kekayaan negara. Apa yang seharusnya menjadi hak-hak rakyat hanya mungkin mereka peroleh berkat “kemurahan hati” pada penguasa, bukan karena adanya sebuah sistem ekonomi yang memungkinkan rakyat mengakses sumber-sumber kekayaan yang menjadi hak mereka. Bukan hanya KKN yang terjadi dalam keluarga kerajaan, tapi juga performen lain yang menyertainya berupa gaya hidup mewah dan boros. Negara menjadi tidak efisien akibat pemborosan tersebut. Dan pemborosan, kata ulama-ulama kita, adalah indikator utama terjadinya kezaliman dalam distribusi kekayaan. Jadi ada pemerintahan yang korup sekaligus zhalim, penuh KKN sekaligus mewah dan boros, tidak bersih, tidak efisien dan tidak adil.Itulah persisnya apa yang terjadi pada dinasti Bani Umayyah. Berdiri pada tahun 41 hijriyah, dinasti Bani Umayyah berakhir sekitar 92 tahun kemudian, atau tepatnya pada tahun 132 hijriyah. Tapi sejarah dinasti ini tidaklah gelap seluruhnya. Dinasti ini juga mempunyai banyak catatan cemerlang yang ia sumbangkan bagi kemajuan peradaban Islam. Salah satunya adalah cerita sukses yang tidak terdapat atau tidak pernah terulang pada dinasti lain ketika seorang laki-laki dari klan Bani Umayyah, dan merupakan cicit dari Umar Bin Khattab, yaitu Umar Bin Abdul Aziz, muncul sebagai khalifah pada penghujung abad pertama hijriyah.
Yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah mempertemukan keadilan dengan kemakmuran. Ketika pemimpin yang saleh dan kuat dihadirkan di persimpangan sejarah, untuk menyelesaikan krisis sebuah umat dan bangsa. Dan itu bisa saja terulang, kalau syarat dan kondisi yang sama juga terulang. Dan inilah masalah kita, pengulangan sejarah itu tidak terjadi, karena syaratnya tidak terpenuhi…

CUACA EKSTREM BAKAL DIALAMI KLOTER HAJI PERTAMA


Para calon haji (calhaj) diminta benar-benar menyiapkankesehatan diri guna mengantisipasi cuaca ekstrim yang dilaporkan mulai terjadi di Arab Saudi, khususnya bagi mereka yang berangkat pada gelombang pertama awal November nanti.
Kelompok terbang (kloter) gelombang pertama calhaj Indonesiadijadwalkan berangkat pada 5 Nopember 2008, dan dilaporkan di Madinah --saat calhaj Indonesia gelombang pertama tiba pada 6Nopember -diprakirakan suhu tertinggi mencapai 33 derajat Celciusdan terendah dapat mencapai 13 derajat Celcius.
Dengan kondisi cuaca seperti itu, maka aspek kesehatan menjadi faktor yang benar-benar harus dipersiapkan dengan serius oleh calhaj . Jika perlu, konsultasikan lagi kepada dokter,khususnya bagi yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrim.
Selain konsultasi medis, juga dianggap perlu untuk mempersiapkan segala sesuatunya termasuk membawa pakaian tebal guna mengantisipasi cuaca dingin, sehingga semua kegiatan pada rangkaian ibadah haji bisa dilaksanakan dengan baik.
Disarankannya agar untuk bagi calhaj sejak tanggal 5 November tidak melakukan kegiatan beratyang menyita energi, sehingga persiapan fisik --khususnyamengantisipasi cuaca ekstrim--bisa membantu agar kesehatan paraCalhaj dalam kondisi yang baik.
Bagi calhaj minta untuk mengikuti peraturan ditetapkan Departemen Agama (Depag),diantaranya mengenai berat maksimal barang bawaan pada musim haji tahun 2008 ini maksimal 32 kilogram per orang dengan jenis bawaan yang benar-benar dibutuhkan untuk kepentingan iabadah haji.

Kamis, 23 Oktober 2008

APA PERLU JIN TURUN KE KOMPLEX


Bertandang di warung kopi Mamat ternyata seru juga. Tidak hanya nguping soal tetek bengek perilaku anak abg juga tidak kalahnya tentang analisis format pengamanan komplex ala warung kopi itu. Kesimpulan awal, nampaknya pengamanan makin loyo. dari ceritera satpam yang kehilangan motor, hp satpam direnggut maling ketika ketiduran sampai dengan betapa handalnya maling menggondol motor-motor anak STAN. Apapun argumentasinya, sepertinya masalah keamanan dalam negeri PJMI ini tidak cukup dibahas di warung kopi saja.

Rabu, 22 Oktober 2008

PJMI BINTARO - HUNIAN UNTUK SEMUA



Bagi penghuni komplex Perumahan Jurang Mangu Indah (PJMI) Bintaro - Jakarta, tuntutan rasa aman, nyaman dan kekeluargaan adalah sebuah impian dari 846 Kepala Keluarga yang bersatu padu dibawah kendali Rukun Warga (RW) 07 - Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren.Kehangatan, keramahan dan keperdulian warganya, menjadi ciri khas dari sebuah permukiman yang kini sedang dihimpit lokasi perumahan moderen milik Bintaro Jaya. Walaupun sudah terkesan mengikuti arus kehidupan metroplis, namun ciri-ciri kebersahajaan masih kental terlihat di komplex ini.Secara tehnis planologi, komplex PJMI adalah ideal untuk kehidupan masa depan, karena didalamnya menyimpan potensi dan spirit kekeluargaan yang tidak dimiliki komplex sekitarnya.Dengan memiliki 15 Rukun Tetangga (RT) sebagai ujung tombak pelayanan warga, terdapat fasilitas memadai dari sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, mesjid, gereja, fasilitas bermain, lapangan olah rada dan tempat pertokoan.Tidak heran jika warga PJMI Bintaro yang tadinya pernah berdomisili di tempat lain, memberi ilustrasi sebagai tempat bagi sebuah untuk tumbuh, besar, dewasa dan barangkali juga sampai menemui kematian. Apa yang dinikmati warganya, tidak terlepas dari hasil pengabdian pengurus RW dan RT yang tanpa pamrih mendedikasikan diri untuk kenyamanan, keamanan dan kekerabatan warga semuanya.

Selasa, 21 Oktober 2008

OPEN HOUSE GAYA KAMPUNG


Kemiskinan yang melilit penduduk kampung Margasari, ternyata tidak harus melupakan tradisi “Aruh Ganal”. Sebuah jamuan massal gratis yang selalu diselenggarakan etnik Banjar di Kalimantan Selatan mengakhiri perayaan idul fitri.Untuk ukuran selebriti atau orang-orang kaya, pesta seperti ini jauh dari glamour karena tetamu undangan yang bakal hadir adalah penduduk kampung yang setiap harinya berkubang dengan tanah persawahan pasang surut, pengrajin anyaman, pembuat atap rumbia, atau paling tinggi srata sosialnya adalah guru negeri yang sejak kecil, besar dan (barangkali) mati di kampung miskin itu.Tetapi yang mengundang kekaguman adalah bentuk sprit kekeluargaan dan rasa nasib sepenanggungan yang terkesan langka bagi masyarakat moderen di perkotaan. Lelaki,perempuan, tua muda di kampung Margasari tersebut nampak menyatu dalam klosal gotong royong.Menjelang matahari menampakkan wajahnya di ujung kampung sebelah timur, ratusan lelaki tegab beserta puluhan perahu berkumpul disebuah dermaga untuk menunggu komando “tetuha kampung” (tokoh) untuk menjelajahi sungai Saka Raden untuk mencari kayu bakar dari pepohonan Kayu Galam yang biasanya tumbuh di areal rawa monoton.Sementara sejumlah kaum perempuan, terlihat sibuk menyiapkan makanan dan minuman yang sebelumnya dikumpul dari sumbangan warga kampung pada saat lebaran hari pertama. Tidak mewah memang, menu makanannya hanya terdiri dari nasi, sayur gangan Waluh (labu), Ikan Gabus, pepesan Ikan Patin, Iwak Wadi Papuyu (ikan sungai yang sudah menjalani permentasi) disertai dengan kue-kue tradisional seperti kue Amparantatak, Pais Pisang Talas, Nasi Lamak Bahinti, Kakicak, Apam habang, Tapai Lakatan yang semuanya terlalu rumit untuk diterjemahkan dalam dunia kuliner Indonesia.Suasana pagi itu sudah mengesankan sebuah pesta kecil yang biasanya disebut sebagai “baatur dahar”, sementara bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan “Baramu” (mencari kayu bakar) merupakan akvitas perjalanan wisata tahunan walaupun harus siap menghadapi tantangan rimba raya Kalimantan yang terkenal dengan kebuasan buaya, lintah, ular piton, kalajengking serta satwa pemangsa lainnya.Di ujung dermaga, juga berkumpul sejumlah puluhan lelaki dewasa beserta “kapal klotok” (perahu bermesin) yang penuh muatan dengan tali temali, tikar, bantal, kelambu, lampu sorot, prang, tombak dan peralatan masak-memasak. Kelompok ini adalah sebuah regu yang khusus bertanggung jawab mencari hewan “Hadangan Kalang” (kerbau besar) yang nantinya akan disajikan dalam pesta Aruh ganal itu.“Jangan ditanya tentang hambatan di lapangan, karena mereka bekerja penuh kegembiraan, ketulusan, tanggung jawab dan kehormatan,” tutur seorang lelaki setengah baya yang mengaku sudah seperempat abad terakhir selalu terlibat dalam pencarian hewan Hadangan Kalang yang biasanya ditemukan ratusan kilometer dari bibir sungai kampung mereka setelah menaklukkan keganasan alam berhari-hari.Bagi sekelompok perempuan yang bertanggung jawab dibidang konsumsi, tidak kalah menariknya. Dengan “lanjung” (tempat membawa padi) yang berada dipinggang masing-masing, pagi itu terkesan bagaikan rombongan kelompok marching band yang siap beraksi mengelilingi kampung dengan tugas mengumpulkan sumbangan beras.Margasari, sebuah perkampungan miskin 30 kilometer dari ibukota kabupaten Tapin, Kalimantan selatan yang menurut kepala kampung menyingkap penghasilan warganya rata-rata Rp.120 Ribu perbulan perkapita. Kemiskinan itu pula membuat warga kampung terpaksa melakukan migrasi besar-besran sejak sepuluh tahun terakhir, kemudian pulang mudik pada saat berlebaran.Kelompok pemudik itu, tidak semua memiliki keluarga dekat di perkampungan yang oleh pemerintahan kolonial memberi status pemerintahan “districhoofd” (kewedanaan) pada tahun 1889. Perumahan penduduk yang relatif besar dan berpekarangan luas tanpa pagar itu, tersusun berjejer mengikuti lekukan tiga cabang anak sungai sehingga tidak menjadi masalah bagi ribuan pemudik untuk mencari akomodasi.Kenduri besar-besaran seperti itu, juga dikenal bagi komunitas non-muslim yang tinggal dibelahan pegunungan Meratus, terutama suku Dayak “Urang Bukit” seperti kawasan Mancabung, Harakit, Balawaian, Batung, Danau Darah, dan Ranai. Walaupun terjadi perbedaan agama, namun kontek perayaan tidak terlepas dari rasa syukur atas nikmat dan keselamatan kampung yang dianugerahkan sang Khaliq.Letak perbedaan aruh ganal antara Muslim dan Non-muslim, adalah bentuk ritual dan instrument yang dipergunakan untuk perayaan itu. Bagi kaum Muslim, tidak ada ritual apapun kecuali membaca doa selamat yang dipimpin imam masjid, sebaliknya bagi penganut non-muslim biasanya dipimpin oleh pawang yang mengendalikan upacara adat “Balian”, sebuah ritual rumit yang memuja-muji roh halus dan dewa-dewa seperti “Kelangkung Mantit” (dewa nenek moyang burung), “Kelangkung Nyaru” (dewa petir) dan “Kelangkung Uria” (dewa yang dipercaya mampu memelihara tanaman dari pemangsa).Aruh ganal yang dilakukan warga kampung Margasari tahun ini, terkesan besar-besaran lantaran diantara para pemudik bersedia sebagai donatur perayaan. Jika bentuk “open house” lebaran tahun-tahun sebelumnya hanya diisi dengan hiburan pertunjungan “kuntau” (pencak silat), Kesenian hadrah atau Kuda Gepang dan permainan tradisional lainnya seperti “bagasing”, “balugu” atau “lalatupan” (meriam karbit dari batang kelapa” , namun kali ini disemarakkan lagi dengan orkes dangdut yang khusus diundang dari ibukota provinsi.Tidak ada aturan baku tentang berapa lama Aruh Ganal dilaksanakan, karena sangat tergantung dengan penyediaan konsumsi serta rangkaian acara. Tahun ini diselenggarakan selama dua hari dua malam tanpa henti, karena menjelang tengah malam diselenggaraan tadarus al-quran sampai khatam (tamat).Walaupun warga yang datang dengan pakaian seadanya memadati alun-alun kampung, namun diwajah mereka tercermin kebahagiaan luar biasa. Rasa terhibur bagi warga kampung miskin nampak berbeda dibanding penonton konser disebuah gedung ber-AC.Tidak jarang diantara mereka terkekeh-kekeh ketika menyaksikan pemain Kuda Gepang yang berkostum ala-kadanya terlihat melompat-lompat dan bertumbrukan dengan pemain lain lantaran menggunakan kacamata minus yang dipinjam dari tukang jam. Atau pada acara lain terlihat hadirin meneteskan air mata ketika imam masjid memberi spirit hidup bahwa kemiskinan bukanlah takdir dan kemiskinan merupakan bentuk lain dari kepongahan manusia yang dapat diruntuhkan oleh niat saling maaf dan memaafkan.

NARSISUS


Orang Yunani memiliki tokoh mitologis, Narsisus, yang jatuh cinta kepada dirinya sendiri. Tiap kali memandang dirinya di permukaan air, Narsisus kagum akan ketampanan wajahnya. Novelis humoris dan tangkas memainkan ironi, Paulo Coelho, dalam kisah pembuka novelnya, The Alchemist, menceritakan betapa banyak peri hutan merasa iri kepada telaga, tempat tiap pagi Narsisus mengagumi dirinya. "Enak ya kamu, tiap pagi memandang wajah tampan dan mata jernih itu," kata peri hutan. "Apa dia tampan dan matanya jernih?" jawab telaga. Lho, kamu melihatnya tiap pagi bukan?" "Tidak. Aku tak sempat melihatnya sebab tiap kali ia jongkok di tepiku, aku sibuk memandang kejernihan wajahku sendiri yang terpantul di matanya." Saya kagum membaca ketangkasan humor novelis ini. Dengan ringkas dan bagus ia hendak mengatakan, seperti para psikolog yang berurusan dengan "abnormalitas"—bahwa si telaga, mungkin maksudnya kita—sering lebih narsisisus daripada Narsisus sendiri. Sering kita berperilaku tak sehat, narsisme, tetapi tak menyadari bahwa kita mengidap gangguan jiwa. Gejala tak sehat ini direkam pula dalam buku Alice Miller, The Drama of the Gifted Child: The Search for The True Self (Drama Anak-Anak Kita: Membedah Sanubari Mencari Diri Sejati) yang menguraikan betapa berjuta-juta anak di dunia menjadi korban watak narsisme orangtua mereka sendiri. Kemudian anak-anak itu berangkat dewasa, secara narsistis pula. Dan ketika menjadi orangtua, mereka pun memperlakukan anak-anak seperti dulu mereka diperlakukan secara tak sehat. Cinta orangtua yang narsistis tadi, pada hakikatnya wujud cinta pada diri mereka sendiri. Orangtua menyayangi anak bukan demi si anak melainkan demi diri sendiri. Dan kita pun sering diperhadapkan pada sikap tak terduga. Anak yang tampak manis dan lembut, ternyata menyimpan potensi "bom" rasa cemas, takut, frustrasi, juga dendam secara sosial, dan dengan mudah meledak. Anak bunuh diri tanpa alasan masuk akal. Orang dewasa membunuh dengan kejam orangtua, istri, suami, atau anak sendiri juga tanpa alasan masuk akal. Tentu saja tak masuk akal, sebab semua alasan terpendam di bawah sadar, disembunyikan rapat di balik rasa cemas yang disulap menjadi kepatuhan. Mereka patuh bukan karena patuh, tapi karena takut. Menjadi anak saja sudah sulit. Apa lagi menjadi anak di dalam keluarga otoriter. Menjadi rakyat itu sulit, jalanan macet, dan harus mengalah dengan frustrasi tiap kali ada pejabat lewat dengan kawalan polisi. Kita takut pada orangtua otoriter, guru galak, polisi, satpam, tentara, pengawal presiden atau wakil presiden, ajudan menteri yang lebih dari menteri, atasan di kantor yang melebihi kuasa Tuhan, dan sikap banyak Bank yang mempekerjakan preman kejam menjadi "debt collector" berjiwa jin dan hantu. Mengapa kita sering membikin takut orang lain, dengan rasa bangga? Mengapa kecemasan orang lain menjadi kebahagiaan kita? Mungkin karena kita pun tak sepenuhnya waras. Para selebriti—intelektual maupun yang sama sekali tidak intelek dan sebetulnya membosankan—hati-hatilah terhadap pengagum, atau pencinta fanatik. Banyak tokoh dunia dibunuh—juga Ghandi yang mulia dan agung—oleh pencinta dan pengagum fanatiknya. Mengapa banyak pencinta dan pengagum fanatik pada tokoh publik? Mungkin karena pada dasarnya banyak orang tak pernah mendapat—dan karena itu membutuhkan—cinta dan kekaguman. Lalu mereka mengagumi orang lain demi diri mereka sendiri. Pengagum sobat saya, kiai AAgym, berbalik menjadi dengki, marah, mengutuk, karena sobat ini dianggap cermin diri mereka, tapi cermin itu dibikin retak. Diri mereka yang cemas, merasa kurang, merasa rendah, dan berharap, tiba-tiba dikecewakan. Dulu AAgym pasti tak terlalu sadar bahwa kekaguman yang menjulang ke langit dari begitu banyak warga yang butuh kagum, pada dasarnya juga potensi kebencian. Kiai ini mungkin mengira mereka kagum pada dirinya, padahal orang-orang itu kagum hanya pada diri mereka sendiri seperti Narsisus dan Telaga dungu itu, Cinta mereka tak sama dengan cinta pada Negara, yang menurut John Lenon membuat orang rela "to kill or die for" rela berkorban. Cinta dan kekaguman publik pada tokoh agama, seni, ilmu, filsafat, dan tokoh politik yang bisa mudah menang pemilu, disertai "bom" kemarahan, jengkel, kecewa, benci, dan niat balas dendam, dari memanggul setinggi langit ke niat mengubur dalam-dalam hingga kebencian terpuaskan. Sekarang para tokoh politik mungkin mulai sadar, betapa tak sehat suasana pemujaan politik di masyarakat. Sang Terpuja, pelan-pelan diancam kebencian, kemarahan, rasa kecewa, frustrasi, dan serangan politik bertubi-tubi. Musuh politik menari-nari di atas kebencian terhadap orang lain. Ini pun sebenarnya kedunguan yang tak disadari. Dikiranya dirinya tak mungkin dikenai sikap serupa. Kenapa kita tak mampu mengelola cinta dan kekaguman tetap menjadi cinta dan kekaguman? Karena kita terbius popularitas. Kita terbius aroma pujaan, dan lupa membalas dengan kerja keras untuk mewujudkan harapan. Jangan lupa, di dunia politik, pendukung, pencinta, pemuja, tim sukses, intinya mendukung, mencintai, memuja, dan menyukseskan harapan mereka sendiri. Begitu harapan dikecewakan, mereka siap mengasah pedang pembunuh naga. Pengagum, atau pemuja, juga dungu. Orang kok dipuja. Salah sendiri. Watak fanatis harus diubah. Kita mencintai, atau memuja secara dewasa. Dan kalau orang cukup dewasa, ia tak perlu pujaan. Akal, rasionalitas, dan hati harus seimbang supaya kita bisa meminta dan bisa memberi. Kalau memberi—cinta dan pemujaan—ya harus memberi. Kita tak boleh terus-menerus naïf, cengeng dan mentah dalam menyikapi tokoh. Kita tak boleh terlalu dekat Narsisus