Kamis, 25 Desember 2008

MENYONGSONG TAHUN BARU HIJRIYAH & MASEHI




Tahun baru 2009 Masehi dalam waktu dekat akan kita jalani, begitu juga tahun baru Islam yang dimulai tanggal 1 Muharram 1430 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 29 Desember 2008. Banyak sudah amal-amalan yang telah kita lakukan selama tahun 2008 Masehi atau selama tahun 1429 Hijriyah, namun banyak juga yang belum berhasil dilaksanakan/gagal, karena sesuatu hal. Sedangkan apa-apa yang terjadi di masa yang akan datang semuanya masih penuh dengan ketidakpastian, kecuali kita semua akan meninggal dunia. Itu pasti. Atas belum dilaksanakan/gagal amalan tersebut di atas, marilah kita lakukan evaluasi dan introspeksi diri, berkaca diri, guna melangkah ke depan yang lebih baik lagi dan lebih gemilang, dalam naungan ridha, di jalan Allah Swt, Tuhan yang Maha Pengampun.

Makna pergantian tahun.
Bagi seorang muslim, tahun baru adalah anugerah sekaligus ujian dari Allah Swt. Kita bersyukur masih diberi kesempatan untuk menyiapkan diri meraih sukses dunia akhirat di tahun baru ini.
Tahun baru adalah lembaran kosong yang harus diisi, apakah dengan tinta emas atau dengan tinta merah, diisi dengan amalan saleh atau dengan amalan salah. Oleh karena itu seyogianya pergantian tahun ini hendaknya dapat dimaknai suatu pergantian atau perpindahan menuju kondisi yang lebih baik, seperti perpindahan (hijrah) dari ”kebatilan” kepada ”kebenaran/haq” (yang disebut hijrah spiritual). Perubahan/perpindahan itu harus tetap dijiwai oleh kalimat tauhid, tetap meng-esakan Allah.
Dalam konteks kekinian, makna hijrah lebih kepada melakukan perubahan gaya hidup seperti perubahan perilaku, cara bertindak, perubahan cara berpikir dan perubahan qalbu/ hati. Dari perilaku yang kurang baik (kurang Islami) ke perilaku yang lebih baik (lebih Islami), dari perilaku kurang beribadah menjadi lebih beribadah. Untuk melakukan perubahan itu perlu dilakukan perenungan, introspeksi diri (tafakur), mawas diri, melihat apa yang sudah dilakukan dan menetapkan rencana perbaikan ditahun berikutnya agar menjadi pribadi yang selalu lebih baik dan lebih bermakna. Misalnya mencoba mengevaluasi dari aktivitas shalat, puasa, zakat dan lainnya. Dengan cara ini, maka kita akan mengetahui kelemahan/kekurangan yang ada.

Introspeksi.
Seperti diuraikan di atas, bahwa untuk melangkah ke depan yang lebih baik, kita perlu introspeksi, baru selanjutnya kita susun langkah-langkah strategis dimana kita hindari yang keliru dan salah. Bagi amalan-amalan yang telah baik, lebih kita tingkatkan lagi agar kita menjadi orang yang beruntung. Firman Allah Swt:

Ya ayyuhal laziina amanuttaqullaha wal tanzur nafsum maa qaddamat ligad(in) wattaqullah(a), innallaha khabirum bimata’malun(a).

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Hasyr [59] :18).

Ayat ini mengisyaratkan agar kita melakukan evaluasi dan introspeksi terhadap perjalanan hidup yang telah kita lakukan, meneliti amalan yang telah lalu, menilai ketakwaan kita untuk mempersiapkan hari esok (akhirat).
Suatu ketika nabi Muhammad Saw kedatangan seorang laki-laki dan berkata kepada beliau agar memberikan wasiat kepadanya: ”Ya Rasulullah, berilah aku wasiat. ”Beliau bersabda: ”Kalau kamu ingin melakukan sesuatu, maka lihatlah akibatnya, kalau benar kerjakanlah, tetapi jikalau salah tinggalkanlah”.
Sementara itu, Khalifah Umar bin Khattab senantiasa berpesan : ”Perhitungkanlah dirimu sebelum engkau diperhitungkan orang”.

Waktu bertobat.
Analog dengan perjalanan hidup kita ialah perjalanan suatu bisnis dimana saat ini telah tiba waktunya untuk tutup buku dan menghitung laba rugi selama satu tahun. Bila laba, itu memang sudah sesuai dengan goal setting atau tujuan kita, namun bila rugi maka perlu diteliti, direnungi mengapa terjadi rugi, dicari sebab-sebabnya, apakah karena kesalahan, atau amalan jelek yang mendominasi atau karena sebab lain.
Marilah kita segera bertobat dan mengganti amalan jelek kita dengan amalan saleh/baik yang bermanfaat. Mulai kapan bertobat?. Mulai saat ini juga, karena kita tidak tahu kapan saatnya ajal menjemput kita. Ingatlah bahwa Allah tidak menjadikan kehidupan di dunia ini bersifat abadi, sebagaimana firman Allah di Al-Qur’an:

Wa likulli ummatin ajal, fa izaa jaa’a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa’ataw wa laa yastaqdimuun.
”Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”.(QS. Al A’raf [7] : 34)

Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu kalau besok pagi kita mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru, tetapi siapa tahu kalau tahun depan kita sudah berada di dalam kubur.
Apa saja yang kita lakukan di dunia ini, semuanya pasti akan diperhitungkan dan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt. Perhatikan firman Allah dalam surat Luqman [31] ayat 33 yang artinya:

”Wahai manusia!. Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kehidupan dunia, dan janganlah sampai kamu terperdaya oleh penipu dalam (mentaati) Allah”.

Kalau sekiranya pada tahun ini, kita telah terlanjur banyak melakukan kesalahan dan dosa, marilah kita segera memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menjerumuskan diri pada kesalahan yang sama di hari mendatang. Firman Allah di surat An-Nahl ayat 119:

Summa inna rabbaka lillaziina ’amilus suu’a bi jahaalatin summa taabuu mim ba’di zaalika wa aslahuu inna rabbaka mim ba’dihaa lagafuruur rahiim.

”Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. An-Nahl [16] :119).

Pentingnya waktu.
Sementara kebaikan yang pernah kita lakukan hendaknya terus kita pelihara dan dikembangkan serta memohon kepada-Nya agar diberikan pertolongan dan kekuatan untuk bisa melakukan aktivitas kesalehan secara istiqamah dan lebih baik yang berdimensi ibadah ritual maupun ibadah sosial. Kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya agar kita tidak tergolong orang-orang yang merugi. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

Wal - ’asr. Innal-insaana lafii khusr. Illallaziina aamanuu wa ’amilus – saalihaati wa – tawaasau bil – haqqi wa tawaasaubis – sabr.

”Demi waktu. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.(QS. Al-Ashr [103]
By (the Token of) Time (through the Ages). Verity Man is in loss. Except such as have Faith, and do righteous deeds, and )join together) in the mutual teaching of Truth, and of Pattence and Constancy.

Ayat di atas mengidentifikasikan bahwa waktu adalah modal utama manusia. Apabila tidak diisi dengan kegiatan yang positif (amal saleh), maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu jangankan keuntungan diperoleh, modal pun telah hilang. Sayyidina Ali ra pernah berkata, yang artinya:
”Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu diperoleh besok. Tetapi waktu yang berlalu, hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok”.

Ayat selanjutnya merupakan perkecualian, yaitu bagi mereka yang melakukan empat kegiatan pokok, yaitu:

”Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yakni yang bermanfaat serta saling berwasiat tentang kebenaran dan saling berwasiat tentang kesabaran dan ketabahan”.
Iman adalah pembenaran hati atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw, intinya dapat disimpulkan dalam rukun iman yang enam itu.
Secara keseluruhan pesan terkandung dalam surat Al-Ashr ini : agar seseorang tidak hanya mengandalkan imannya saja tetapi juga amal solehnya, bahkan amal saleh pun bersama-sama iman belum cukup.
Iman dan amal soleh tanpa ilmu belum juga cukup.. Memang, ilmu memberi kekuatan yang menerangi jalan kita dan iman menumbuhkan harapan dan dorongan bagi jiwa kita. Ilmu menciptakan alat-alat produksi dan kelengkapannya, sedang iman menetapkan haluan yang dituju serta memelihara kehendak Allah Yang Suci.

Menurut surat Al-Ashr di atas, iman, amal saleh dan ilmu pun masih belum memadai. Memang ada orang cukup dan puas dengan ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan itu dapat menjerumuskannya atau menjemukan. Oleh karena itu, ia perlu selalu menerima nasihat agar lebih tabah, sabar sambil terus bertahan bahkan meningkatkan iman, amal dan pengetahuannya. Berkenaan di atas, Nabi Muhammad Saw bersabda:

”Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amal perbuatannya. Dan seja-hat-jahatnya manusia ialah orang yang panjang umurnya dan jahat perbuatannya”. (HR Iman Ahmad).

Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan saleh, baik amaliyah yang berhubungan langsung dengan Maha Pencipta, maupun mu’asyarah/sosial antara sesama makhluk Allah, dan peningkatan ketakwaan. Sebaliknya celakalah mereka yang memperoleh nikmat umur panjang namun hanya dipergunakan untuk berbuat kejahatan dan perbuatan terlarang.

Menyikapi.
Menyadari betapa kecilnya kita bila dibandingkan dengan Pencipta Alam Semesta itu sendiri (rabb al-alamien), maka sudah selayaknya kita menyikapinya dengan sikap berserah diri, tunduk kepada-Nya. Betapa hal itu ditunjukkan Khalil Allah, kekasih Allah Swt, Nabi Ibrahim as, empat ribu tahun silam. Karena pengorbannya begitu besar kepada Allah, Nabi Ibrahim pun kemudian dijadikan Allah Swt sebagai teladan bagi umat yang datang kemudian. Namanya diabadikan begitu indah. Tidak ada orang dan nabi lain yang namanya begitu banyak disebut umat selain Nabi Muhammad Saw kecuali Nabi Ibrahim as.

Tahun 2008 ditutup dengan hari pengurbanan (Idhul Adha). Karenanya, memasuki tahun baru ini sikap yang bijak adalah selain memperbanyak amal saleh, juga menyingkirkan sifat kebinatangan seperti tamak, rakus dan sebagainya dan diganti dengan peningkatan tawakal, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an:

Man ‘amila saaliham min zakarin au unsaa wa huwa mu’minun falanuhyiyannahu hayaatan tayyibah (tan), wa lanajziyanna-hum ajrahum bi ahsani maa kanu ya’ maluun(a).

“Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan/amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” .(QS. An Nahl [16] : 97).

Husnul Khatimah.
Para arif bijaksana sepakat berpendapat bahwa ”hari ini ada dalam kemarin dan besok ada dalam hari ini”. Ungkapan ini mengandung makna bahwa yang kita dapatkan pada masa sekarang adalah sebagai buah dari apa yang kita lakukan di masa lalu. Dan apa-apa yang kita lakukan pada masa sekarang akan membuahkan hasil dimasa-masa yang akan datang. Dalam bahasa Jawa dan Inggris sering disebutkan:
# Abot entheng saka panggawene dhewe. Berat ringan itu akibat perbuatan sendiri. A hard or easy life is the result of one’s owns doing.
# Ngundhuh wohing pakarti. Memetik hasil perbuatannya. One receives the fruits of one’s own deeds.

Karenanya beruntunglah orang yang keadaannya pada masa sekarang lebih baik dari pada masa yang lalu.
Dan bodohlah orang yang kehidupannya di masa kini sama saja dengan di masa-masa yang lalu.
Dan celakalah orang yang kehidupannya pada hari ini lebih buruk atau lebih jelek dari pada masa silam.

Hasil tanaman amal shaleh tersebut di atas, dapat dipetik dan didapatkan, di hari tua kita ataupun kita temukan di akhirat kelak. Bila pada akhir hayat, kita temukan kehidupan yang baik, lebih dari pada di masa-masa muda kita atau di akhirat kita dapatkan nasib lebih baik dari pada yang kita dapatkan selama hidup di dunia, maka itulah disebut ”Husnul Khatimah”. Tapi sebaliknya, bila hari tua kita, keadaannya lebih menderita dari pada di masa muda kita atau di akhirat kita lebih sengsara dari pada kita hidup di dunia, maka itulah yang disebut ”Su’ul Khatimah”. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Najam sebagai berikut:

Wa al laisa lil insaani illaa ma sa’aa. Wa anna sa’yahuu saufa yuraa. Summa yujzaahul jazaa’ al aufaa.

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna (sesuai dengan perbuatannya)”. (QS. An-Najm [53] : 39-41)

Tips : resep untuk mencapai kesuksesan hidup.
Pertama, mengagungkan Allah swt sebagai sifat khas manusia dan memilih urusan Allah Swt di atas urusan lain. Kedua ketulusan dalam menjalankan setiap sisi kehidupan sebagai bagian dari pengabdian pada-Nya. Ketiga kesediaan untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama, peduli pada lingkungannya, berani berkorban untuk orang lain.

Dalam suatu doa, Nabi Muhammad Saw mengatakan ; ”Ya Allah tak adalah kehidupan yang sebenar-benarnya selain kehidupan di akhirat”. (HR. Iman Bukhari).

Pemanfaatan hidup.
Menurut Nabi Saw, kehidupan di dunia yang sementara ini hanyalah sekedar tempat untuk mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti. Karenanya Rasulullah Saw bersabda :

”Bekerjalah kamu untuk di duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. (HR Imam Ibnu Assakir).

Nabi Saw pun menganjurkan agar kita memanfaatkan saat kita sehat sebelum kita sakit.. Orang bisa melakukan pekerjaan yang berat sekalipun, bila ia dalam keadaan sehat. Saat sehat hendaklah kita penuhi dengan kegiatan yang bermanfaat terhadap masyarakat, agar kita tidak menyesal disaat jatuh sakit nanti karena sesal kemudian tidak berguna. Senada dengan hal di atas adalah menggunakan masa lapang sebelum datang kesibukan. Selanjutnya Nabi Saw menganjurkan agar memanfaatkan masa muda sebelum datang masa tua renta. Begitupun memanfaatkan kekayaan kita yang ada sebelum kita jatuh miskin.
Dalam hadits diriwayatkan oleh Iman Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda :

”Bergegaslah kamu melakukan amal yang saleh. Sebab akan datang berbagai macam fitnah bagaikan potongan malam gulita. Seseorang di pagi hari beriman tetapi sorenya berubah menjadi kafir. Atau sorenya ia beriman ketika pagi hari ia pun kafir. Karena orang tersebut sampai hati menjual agamanya dengan harta kekayaan dunia”.

Pegangan hidup.
Ada beberapa hal penting sebagai pegangan dalam menapaki kehidupan lembaran tahun baru yang semakin banyak tantangan, cobaan dan semakin ketatnya persaingan dalam kehidupan diera globalisasi ini, antaranya

1. Memperteguh komitmen keimanan dan memaknai kehidupan ini dengan penuh nuasa ibadah kepada Allah. Perhatikan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an yang artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ”Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembirah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”. (QS. Fushshilat [41] : 30).

2. Bekerja dan berusaha dengan baik. Perhatikan ayat surat At-Taubah dan sabda Rasulullah Saw,
”Dan katakanlah, ”Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Taubah [9] :105).

Sementara itu, Nabi Muhammad Saw bersabda, artinya:

“Bekerjalah untuk kehidupan kamu di dunia, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan beramallah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu akan mati esok hari”

3. Memandang ke depan dengan percaya diri dan penuh optimisme, tanpa mengenal putus asa akan rahmat Allah. Firman Allah Swt, yang artinya :
”Dan rahmad-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmatku untuk orang-orang yang bertakwa yg menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat-Ku”. (Al-A’raf [7] :155).
”Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS. Yusuf [12] : 87).

4. Berdoa, setelah usaha secara lahiriah telah kita lakukan dengan baik, maka kita tidak boleh mengesampingkan usaha batin dengan jalan berdoa kepada-Nya. Firman-Nya : ”Dan Tuhanmu berfirman, ”Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu”. (QS.Al-Muk’min [40] : 60)

5. Tawakal dan bersabar. Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an yang artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. At-Thalaq [65] : 3).

Harapan tahun baru.
Pada tahun 2009 hendaknya lebih memahami dan lebih mengamalkan sepenuhnya ajaran Allah Swt dalam Al-Qur’an beserta contoh keteladanan Nabi Muhammad Saw, meningkatkan amalan-amalan saleh dan lebih bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah, dengan cara ikut meramaikan pengajian, shalat berjamaah di masjid, senantiasa mengedepankan sifat-sifat sosial kebersamaan hidup dalam masyarakat yang plural, dan peduli pada lingkungan dimana kita tinggal dan sebagainya.
Masih banyak saudara-saudara kita yang kini menderita/kesulitan hidup ditambah adanya bencana alam, akibat krisis global. Oleh karena itu, marilah kita memohon pertolongan-Nya. Supaya pertolongan Allah datang, kuncinya adalah keimanan, kerja keras, kesungguhan, kejujuran, amanah , keikhlasan, ketakwaan dan saling tolong menolong. Firman Allah di dalam Al-Qur’an:

”Dan orang-orang yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
(QS. Al-Ankabut [29] : 69).

Allah berfirman dalam Al-Qur’an pada surat Al Maidah [5] : 2 yang artinya,

Wa ta’awanu ‘alalbirri wat takwa, wa la ta’awanu ‘alal ismi wal ‘udwan, wattaqullah, innallaha syadidul ‘iqab

Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.

Untuk melaksanakan amal saleh, banyak penghalangnya seperti rasa enggan, rasa ego. Mari kita libas semua penghalang tersebut, yakni berhala di berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu tak terkendali, cinta kekuasaan, cinta harta benda yang berlebihan. Juga kita singkirkan, kita sembelih penyakit hati seperti sombong, angkuh, riya, rasa iri, dengki, ghibah dan sejenisnya. Di samping itu, mari tingkatkan rasa malu bila bergantung pada yang lain. Tekadkan untuk tidak pernah lagi punya ”tangan di bawah”. Ingatlah, bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tingkatkan wujud dari kesalehan sosial kita, kebersamaan kita, persaudaraan kita dengan semangatnya dalam berkurban untuk orang lain.

Marilah kita bekerja lebih keras lagi untuk berusaha mengembalikan predikat ”Gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta rahaja” dan mengembalikan menjadi negara yang hidup bak ”untaian zamrud di khatulistiwa” sebagai ”qith ’atun min al-jannah” bagai bongkahan syurgawi, dengan salah satu wujudnya : Kita ciptakan lingkungan tempat tinggal kita yang lebih indah, aman, lebih nyaman dengan kepedulian lingkungan seperti kebersihan, keindahan, keamanan dan kenyamanan yang berkensinambungan. Peningkatan kondisi lingkungan ini dapat dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga dan selanjutnya masyarakat luas.

Marilah kita sambut tahun baru ini dengan rasa syukur serta mengharap taufiq, hidayah serta inayah dari Allah, agar perjalanan kita senantiasa tetap sesuai dengan tuntunan yang diridhai Allah Swt. Semoga Allah lebih banyak lagi mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Do’a akhir tahun.

Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Wa shallallahu’alaa sayyidina Muhammadin wa’alaa aalihii wa shahbihii wa sallam.
Allahumma maa miltu fii haadzihissanati mimmaa nahaitanii ’anhu falam atub minhu walam tardhahuu walam tansahuu wa halimta ’alayya ba’da qudratika ’alaa ’uquubatii wa da ’autanii ilat taubati minhu ba’da jiraa atii ’alaa ma’shiyatika fa innii as taghfiruka fagfir lii bifadhlika wa maa ’amiltuhu fii haa mimmaa tardhaahu wa wa’adtanii’alaihits tsawaab. Wa as alkallahumma yaa kariimu ya dzal jalaali wal ikraam an taqabbalahuu minnii wa laa taqtha’ rajaa ii minka yaa kariim. Wa shallalaahu ’alaa sayyidina Muhammadin wa’alaa aalihii wa shahbihii wa sallam.

”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
”Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah, apa yang telah kami perbuat sepanjang tahun ini berupa perbuatan-perbuatan yang Engkau larang kami melakukannya, sedang kami belum bertobat dari padanya, dan Engkau tidak meridhainya dan tidak melupakannya, dan Engkau pun telah menyayangi kami setelah Engkau pun kuasa untuk menyiksa kami, kemudian Engkau menyeru kami untuk bertobat dari padanya setelah kami bermaksiat pada-Mu. Karena itu, kami memohon ampun kepada-Mu. Maka ampunilah kami dengan anugerah-Mu. Dan apa yang telah kami kerjakan di tahun ini adalah berupa perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan pahala atasnya.
Dan kami memohon kepada-Mu. Ya Allah, Dzat Yang Mulia yang memiliki keagungan dan karunia, agar Engkau terima amal kami itu, dan jangan hendaknya Engkau putuskan harapan kami dari pada-Mu, Ya Allah Tuhan Yang Maha Pemurah. Semoga shalawat dan salam tetap dilimpahkan atas Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya”. Amien.

Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Kebenaran tulisan ini datangnya dari Allah Swt, namun bila terdapat kesalahan atau kekeliruan itu dikarenakan kesalahan dan/kebodohan saya semata, mohon dituangkan maaf.



Motto : Anda pasti bisa kalau Anda pikir bisa

Hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.


Selamat tahun baru 2009 M dan 1 Muharram 1430 H


Dengan semangat kebersamaan, marilah kita ciptakan suasana hunian kita
yang lebih : aman, nyaman, indah, bersih dan bersahabat.


Semoga tulisan ini akan menambah wacana, wawasan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala bagi kita semua. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Tangerang, 23 Desember 2008


H.Mudjiono
Waega PJMI, Tangerang




Catatan.
Perbedaan tahun Masehi dan tahun Hijriyah.
Kalau tahun Masehi perhitungannya berdasarkan peredaran matahari (solar system), sedangkan tahun baru Hijriyah berdasarkan peredaran bulan (lunar system). Bulan-bulan Masehi hitungan harinya setiap bulan tetap kecuali Februari yg berubah setiap 4 (empat) tahun sekali (tahun kabisat). Sedangkan tahun Hijriyah tetap yaitu tiap bulan hanya terdiri 30 atau 29 hari.
Dalam Al Qur’an disebutkan jumlah bulan dalam satu tahun ada 12 bulan, sebagaimana bunyi ayat pada surat At Taubah 36 :

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah 12 bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan yg haram. Itulah ketetapan agama yg lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan yang empat itu itu”.
Sedangkan yang dimaksud dengan bulan-bulan haram/mulia ialah bulan Muharram, Rajab, Zulqa’idah dan Zulhijjah, selain Ramadhan sendiri.